Herucoroko Sangkan Paran

Ungkapan yang sangat umum menggambarkan pandangan hidup orang Jawa adalah " SANGKAN PARANING DUMADI " (dari mana dan mau ke mana kita). Bagi orang Jawa hidup di dunia ini harus memahami dari mana ' asal , akan ke mana 'tujuan' dan 'akhir' perjalanan hidupnya dengan benar kassampuraning dumadi (kesempurnaan tujuan hakikat) dianggap " WIKAN SANGKAN ING PARAN ". Masyarakat Jawa mengartikan kata 'Jawa' bermakna 'mengerti' atau paham. Oleh karena itu, di dalam keseharian sering terdengar masyarakat Jawa melontarkan ungkapan seperti: 'durung jawa' (belum paham), 'wis jawa' (sudah paham), atau 'wis ora jawa' (berubah sombong atau atau buruk karena menjadi kaya -OKB- menjadi punya jabatan, menjadi punya pangkat, dll).

27 November 2007

AKU YANG TAK BERDAYA


Kemarin lusa pada hari Kamis, 22 Nopember 2007 tiba-tiba saja aku mengalami suatu kejadian yang sama sekali belum pernah aku alami seumur hidupku. Sepulang dari kerja seperti biasanya aku selalu pulang agak lambat hanya untuk menghindari kesemrawutan dan kemacetan kendaraan di jalanan yang merupakan satu-satunya jalan menuju pulang ke rumah. Sekitar jam17.30 aku baru sampai di rumah, sambil bercengkerama dengan si bontot yang masih TK kecil sesekali aku menikmati hiburan Jejak Petualang. Tiba-tiba ponselku bordering, ada sahabat dari seberang yang mencoba menyapa dan berkelakar via smsnya, aku lirik jam dinding yang ada di buffet atas TV menunjukkan pukul 18.25 bersamaan dengan berakhirnya kumandang Adzan Maghrib. Aku mencoba membalas sms sahabatku tadi. Mendadak tangan kiri saya gemetar hebat serasa tak ada lagi daya dan kekuatan walau hanya sekedar untuk menekan tombol-tombol ponsel, seketika itu aku mencoba beranjak dari tempat duduk dan kedua kakikupun mengalami hal yang sama, gemetar dan rasanya tak kuasa lagi aku untuk berdiri; badanku terasa lemas, lunglai dan tenagapun mendadak luruh serasa hilang dari jasad ini. Ya Tuhanku baru pertama kali ini aku mengalami hal yang serpeti ini, badan sama sekali luruh, lunglai tiada berdaya. Kalau memang Engkau harus mengambil nyawaku sekarang aku sudah siap untuk menghadap Engkau Ya Illahi Robbi.. begitu sikap pasrah yang muncul dari dalam sanubariku tanpa bisa aku bendung.

Aku mencoba untuk tenang sambil duduk kembali di kursi, sempat terlontar kata-kata kepada isteriku yang pada waktu itu lagi berada di dapur mengambilkan makanan untuk si kecil yang berada disampingku, "Bu, kenapa tubuhku kok mendadak lemas dan serasa lunglai seperti ini?" isteriku sambil menoleh tanpa mengucapkan sepatah katapun dengan asyiknya mengambilkan lauk pauk buat si kecil dan, saat itupun aku merasa bahwa aku akan meninggal barang kali.

Dengan langkah gontai yang aku paksakan, aku mencoba ke kamar untuk mengambil handuk dan langsung ngeloyor dan merambat dinding menuju kamar mandi yang kebetulan letaknya bersebelahan dengan kamar tidur untuk mengambil wudhlu. Saat dalam kondisi ketiada berdayaan ini akupun sudah merasa yakin bahwa hidupku memang sudah dalam hitungan menit, detik saja sepertinya. Aku mencoba menguatkan untuk berdiri mengayunkan tangan sebisa-bisanya bertakbir pada sang Khaliq melaksanakan shalat Maghrib. Rakaat demi rakaat terlampaui dengan kondisi gerakan yang serba tak menentu, tapi biarlah yang penting aku masih diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang aku bisa dan mampu untuk menjalankannya dalam mengingat dan menyebut Asma-Nya.

Usai salam, dengan kepasrahan total aku menyerah kepada-Nya, apapun yang Engkau kehendaki Ya Illahi Robbi aku sudah siap untuk menerima apapun peristiwa yang terjadi padaku, aku sadar dalam ketiada berdayaan ini, ternyata hanya Engkaulah yang Maha Gagah dan Perkasa untuk berbuat sesuatu terhadap semua ciptaan-Mu, sementara aku kini dalam keadaan luruh, lemas dan lunglai tiada berdaya kecuali yang aku bisa
hanya menyebut-nyebut kebesaran Asma-Mu yang Maha Suci dan Maha Agung. Dalam duduk Tawarruk akupun lanjutkan mengheningkan DIRI dalam balutan Asma-Nya seperti kebiasaanku selama ini hingga tibanya waktu Isa yang selalu aku lazimkan.

Mendadak aku terjaga kembali dari keheningan dan kepasrahan antara hidup dan matiku atas Kuasa-Nya, karena si kecil rupanya telah membangunkan aku sekitar pukul 20.30 wita. Rupa-rupanya sudah 2 jam aku telah berada dalam kondisi entah apa namanya yang jelas aku merasa lenyap dalam KETIADAAN RASA.

Langsung saja aku peluk erat si kecil dan rupanya memang aku tidak bermimpi sepertinya dan… Duh Gusti Kang Murbeng Dumadi, ternyata aku masih Engkau berikan kesempatan untuk bisa menghirup nafas kehidupan. Aku tidak jadi meninggal seperti yang aku bayangkan sebelumnya padahal saat itu aku telah menyerahkan hidup dan matiku dengan Pasrah, Ikhlas dan Ridho kepada-Mu jika itu yang memang harus terjadi menimpaku.
Tapi, rupanya Engkau telah menentukan dan memilihkan jalan lain untukku. Sungguh Engkau memang sama sekali tidak bisa dijangkau oleh sang PIKIRAN.
Engkau Jauh tetapi tak ada Jarak dan Engkaupun Dekat, tetapi tak bisa diraih.

Engkaulah Yang ADA tetapi sejatinya TIADA dan........
Engkaulah Yang TIADA tapi sejatinya ADA.


Salam

Kariyan
dari Padepokan Borneo Timur

Tidak ada komentar: