Herucoroko Sangkan Paran

Ungkapan yang sangat umum menggambarkan pandangan hidup orang Jawa adalah " SANGKAN PARANING DUMADI " (dari mana dan mau ke mana kita). Bagi orang Jawa hidup di dunia ini harus memahami dari mana ' asal , akan ke mana 'tujuan' dan 'akhir' perjalanan hidupnya dengan benar kassampuraning dumadi (kesempurnaan tujuan hakikat) dianggap " WIKAN SANGKAN ING PARAN ". Masyarakat Jawa mengartikan kata 'Jawa' bermakna 'mengerti' atau paham. Oleh karena itu, di dalam keseharian sering terdengar masyarakat Jawa melontarkan ungkapan seperti: 'durung jawa' (belum paham), 'wis jawa' (sudah paham), atau 'wis ora jawa' (berubah sombong atau atau buruk karena menjadi kaya -OKB- menjadi punya jabatan, menjadi punya pangkat, dll).

09 Desember 2007

TUHAN ABSTRAK DAN TERASA...??

Al kisah “ para pencari Tuhan “.

Sebut saja si Abid yang telah melakukan pengembaraan dan melanglang buana dalam mencari keberadaan Tuhan SEJATINYA Tuhan Al HAQ. Dalam perjalanan pencariannya dari satu Kiyai sampai kepada Kiyai lain, dari satu Guru kepada Guru yang lain. si Abid hanya ingin mendapatkan jawaban KEPASTIAN apakah para Kiyai dan Guru yang ditanya satu persatu tersebut telah ” Melihat Tuhan....?”. Dari sekian banyak Kiyai dan Guru yang ditanya oleh si Abid, semuanya tidak memberikan kepuasan dan kepastian bagi diri si Abid. Akhirnya dalam serba keputus asaan si Abid bertemu teman karibnya yang mengajaknya untuk bertemu dengan seorang Petani yang bukan berpredikat sebagai Alim Ulama ataupun Ahli Kitab. Si Abid pun mengajukan pertanyaan yg sama " apakah Pak Tua sudah melihat Tuhan...?". Pak Tua menjawab, " Ya sudah pernah, bahkan setiap saat aku melihat wajah Nya, aku melihat wajahnya dgn jelas sekali sama seperti aku melihat wajahmu saat ini ".

Si Abid jiwanya terguncang mendengar jawaban tsb. Ia tidak mengharapkan jawaban
setegas itu. Ia sudah tidak mengharap ada orang yang dapat menjawab pertanyaannya. Dlm hati kecilnya ia berpikir bukan kah itu jawaban yang kutunggu selama ini..? Namun ketika jawaban itu diperolehnya dia pun terkejut. Setelah itu dia
pun menundukkan kepalanya. Ia sadar bahwa yang dihadapinya bukan lah Pak Tua biasa bukanlah para ahli kitab. Ia sedang menghadapi manusia Allah.
Seorang Tua yang sudah melihat tidak hanya mendengar suara-Nya. Pak Tua adalah seorang saksi dan hanya seorang saksi yang bisa menjawab seperti itu. Yah... pak Tua telah melihat wajah Tuhan, pak Tua sedang melihat Tuhan. Pak Tua melihat-Nya setiap saat. Abid memang sangat terkejut dengan jawaban dari seseorang petani Tua yang secara “ TEGAS, LUGAS dan GAMBLANG “ pak Tua tersebut berani menyatakan dirinya bahwa dia telah melihat TUHAN dengan jelas, sejelas pak Tua itu melihat wajah si Abid. Mungkin dalam hati kita akan bertanya ataupun protes dengan kesaksian pak Tua tadi, bahwa dirinya telah menyatakan bener-bener telah melihat Tuhan dengan sejelas-jelasnya. Padahal jika kita mencoba kembali melongok kebelakang meretas kisah perjalanan Musa di Lembah suci Thuwa, bukankah Musa tidak bisa melihat sama sekali alias TERSUNGKUR…? demikian juga seperti yang dialami Muhammad ketika MIKROJ, bukankah Muhammad juga TERSUNGKUR…??.


Lalu apa makna yang TERSIRAT dari yang TERUCAP oleh pak Tua tadi hingga membuat si Abid TERCENGANG…??.
Disinilah diperlukan kejelian cara pandang dan pemahaman kita untuk memahami sesuatu yang telah terekam oleh panca indera kita. Tinggal bagaimana dan sejauh mana kita bisa mengolah dan menggali “ PELAJARAN dan AJARAN “ hingga menjadi sebuah kata kunci yakni MEMAHAMI…!!.
Bagi saya pribadi yang KATRO ini, pernyataan pak Tua yang telah ditemui si Abid dalam kisahnya, betul-betul membuat saya MELONGO…!!.
Kenapa…??, Ada dua kemungkinan bagi saya dalam mencerap makna KIASAN dari pak Tua tadi. Pertama, jika kita memaknainya kejelasan KEBERADAAN TUHAN tadi dalam wujud MATERI dan FISIK atas yang dilihat oleh pak Tua tadi, maka kita akan terjebak oleh PRASANGKA yang timbul berdasarkan penilaian AKAL PIKIRAN kita bahwa TUHAN itu bisa ” DIDEFINISIKAN dan TERDEFINISIKAN…!!.
Kedua, jika kita memaknainya kejelasan KEBERADAAN TUHAN tadi dalam wujud
DZAT-NYA, maka sesungguhnya Tuhan itu adalah BUKTI NYATA, dan tidak memerlukan bukti apapun lagi…!!.

ALLAH adalah bukti dari segala sesuatu, karena DIA lah Yang Mutlak….!! Hanya dikarenakan kedangkalan AKAL PIKIRAN kitalah lantas mencari segi-segi yang kita kira dapat melemahkan dan menyerupakan dengan diri kita berdasarkan murni AKAL sang PIKIRAN. Adanya ayat yang berbunyi “ Dialah yang AWAL dan yang AKHIR, Dialah yang DHAHIR dan yang BATHIN “ Apa yang bisa kita pahami dengan adanya ayat ini…??. Jika Tuhan menyatakan keberadaan-NYA secara DHAHIR, apa yang bisa kita maknai…??. Apakah dengan cara leterleks dan membabi buta lantas bisa kita terima pernyataan sang Guru si Abid tadi…?? Bahwa WUJUD atau KEBERADAAN Tuhan jelas… sejelas wajahnya si Abid…??. Bukankah dalam ayat yang lainpun secara tegas Tuhan menyatakan bahwa “ KEMANA SAJA kamu MENGHADAP/ mengarahkan wajahmu DISITULAH WAJAH TUHAN “ .


ALLAH berada di dalam segala KENYATAAN di Alam semesta ini. Kita memang dapat melihat DIA dengan sejelas-jelasnya dikesemuanya ini, lalu terlontarlah ucapan dari lubuk hati yang paling dalam Engakaulah sesungguhnya ALLAH…seakan-akan semburan “ Lafadz “ yang tak tertahankan lagi, mau tidak mau, sadar ataupun tidak sadar bahwa pandangan akan keindahan ini mempunyai daya tarik yang kuat untuk mengucapkan sebutan " ALLAH.... ". Contoh paling sederhana adalah ketika kita lagi mengalami derita kesakitan, ketika kita menggeliat…tiada ucapan lain kecuali “ Ya Tuhan “ Yang bersifat Lembut ( Lathief ) sekalipun kita belum pernah mengimani pada-NYA ataupun meyakini akan kelembutan-NYA… Itulah suara HATI NURANI yang menggema dilubuk hati mendorong ucapan kebenaran dikarenakan dalam setiap INSAN sudah ada “ Stempel atau Materei ILLAHI “ yang membekas dan tak akan lekang. Sekalipun demikian, kita tidak dapat dibenarkan bila kita mengurung Tuhan dalam satu KENYATAAN atau berbagai KENYATAAN-KENYATAAN. DIALAH yang NYATA dan BUKAN yang DINYATAKAN…!!. Orang Jawa bilang “ Gusti ALLOH kuwi ONO, ning TAN KENO
KINOYO NGOPO “.
Sangat jauh sekali bedanya antara yang NYATA dengan yang DINYATAKAN. Yang NYATA itu sesungguhnya tidak Terkurung, Tiada batas, Tiada dinding, Bebas lepas….Jadi DHAHIR Tuhan itu merupakan TAJALI dengan ASMA-Nya, SIFAT-Nya dan AF’AL-Nya ( Perbuatan atau Pekerjaan-Nya )…yang tidak dapat dihitung dan diperhitungkan…!!. Adapun yang DINYATAKAN itu adalah merupakan “ KESATUAN-KESATUAN “ yang terbatas dan terdiri dari macam-macam pecahan bagian-bagian dan himpunan yang dibatasi oleh bingkai sang AKAL PIKIRAN manusia yang berlain-lainan. Dan, TUHAN bertajali dibalik KESEMUANYA ini yaitu Hukum-hukum-Nya, Nama-nama-Nya dan semua Sifat-sifat ke TUHANAN.
Selanjutnya DIALAH yang BATHIN….apakah yang Bathin itu…?? Dialah
DZAT-Nya yang “ MENINGGI “ dan tidak ada segala sesuatupun yang sanggup
berdiri tegak MENYERUPAI di SISI-Nya…
Dialah Dzat Yang Maha Suci, lagi Maha Mutlak ADANYA… Apabila kita berhimpun dengan segala sesuatu yang selain-NYA, kemudian kita berpisah, niscaya kita takkan dapat lagi berhimpun dengan-NYA. Hendaklah kita berhimpun dan bersanding dengan-NYA, niscaya kita akan berhimpun dengan yang menghimpun segala yang bersanding dengan-NYA. Kelak kita akan mendengar dengan pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran.

Jika kita berdiri tegak di HADIRAT-NYA, tidaklah kita akan tertawan oleh segala
pesona keindahan dan tidaklah kita dikejutkan oleh KEGENTARAN, karena kita telah melihat Yang NYATA…dan bukan yang DINYATAKAN ( yang berbilang ). Kita akan melihat keindahan yang bukan dinamakan KEINDAHAN lagi, Tuhan akan Nampak MUTLAK yang tidak terikat lagi. Kita akan melihat Yang MENENTUKAN dan bukan lagi yang DITENTUKAN….!!.
Mari kita bersama-sama “ Kot aflahaman tadzakka wadakarasma Robbihi
fasholla “ Bersuci untuk mengingat-NYA dan berdiri tegak ( sembahyang ) di
HADIRAT-NYA, jika tidak demikian, maka akan TERCAMPAKLAH kita dari-NYA. Jangan sampai ada KEKUASAAN dibenak kita yang SELAIN-NYA dan jangan ada daya penarik yang mempengaruhi semata-mata karena selain-NYA.
Dengan pendirian yang demikian mudah-mudahan kita akan MELIHAT segala
sesuatu yang selain ALLAH itu dengan kelainan yang senyata-nyatanya dan mari
berlepas diri dari kesemuanya itu…।!!। Jadi Pelajaran yang bisa kita petik HIKMAHNYA dari pernyataan san Guru Abid, bahwa dirinya telah melihat TUHAN dengan jelas sejelas wajah ( si Abid )। Harus kita ketahui bahwa yang dimaksud adalah BUKAN PENGLIHATAN KASAD MATA Lahir yang ada dikelopaknya, melainkan PENGLIHATAN HATI NURANINYA sang Guru. Penglihatan RASA yang berupa PERASAAN kerinduan dan kecintaan yang begitu melekat di Hati Sanubarinya. Tiadalah daya untuk menentangnya dan tidaklah kita sanggup untuk MENGURAIKAN dengan KATA-KATA IBARAT. Sekalipun RASA yang demikian telah menjalar dan “ MENGGERAYANGI “ keseluruh tubuh. Penglihatan RASA itu sesungguhnya adalah “ HADIRAT ILLAHI “ yang berupa “ HIKMAT KEBIJAKSANAAN “ yang amat mendalam dan meninggi dari aneka ragam segala gerak-gerik peristiwa yang terjadi diseluruh Jagad raya ini….!



Tidak ada komentar: