Herucoroko Sangkan Paran

Ungkapan yang sangat umum menggambarkan pandangan hidup orang Jawa adalah " SANGKAN PARANING DUMADI " (dari mana dan mau ke mana kita). Bagi orang Jawa hidup di dunia ini harus memahami dari mana ' asal , akan ke mana 'tujuan' dan 'akhir' perjalanan hidupnya dengan benar kassampuraning dumadi (kesempurnaan tujuan hakikat) dianggap " WIKAN SANGKAN ING PARAN ". Masyarakat Jawa mengartikan kata 'Jawa' bermakna 'mengerti' atau paham. Oleh karena itu, di dalam keseharian sering terdengar masyarakat Jawa melontarkan ungkapan seperti: 'durung jawa' (belum paham), 'wis jawa' (sudah paham), atau 'wis ora jawa' (berubah sombong atau atau buruk karena menjadi kaya -OKB- menjadi punya jabatan, menjadi punya pangkat, dll).

27 Desember 2007

Mengapa Harus Ada Berbagai Agama?

Oleh : Kariyan

Kalau kita semua menganggap bahwa semua agama itu valid, kenapa Tuhan repot-repot bikin agama yang bermacam-macam...yah..? Kenapa tidak dijadikanNya semua agama itu satu saja? Apa tujuan penciptaan berbagai agama itu? Al-Quran menjawabnya dengan indah:

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikanNya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat " KEBAJIKAN ". Hanya kepada Allah kembali kamu semuanya. Lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu
(Al-Maidah 48).


Dari ayat ini kita bisa menyimpulkan beberapa hal:

1. Agama itu berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan
pandangan hidupnya (aqidah). Karena itu, " PLURALISME " sama sekali tidak berati
semua agama itu sama. Perbedaan label formalitas, warna dan methode pelaksanaannya sudah menjadi " KENYATAAN " yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

2. Tuhan tidak menghendaki kamu semua menganut agama yang tunggal. Keragaman agama itu dimaksudkan untuk menguji kita semua. Ujiannnya adalah seberapa banyak
kita memberikan kontribusi kebaikan kepada umat manusia.
Setiap agama disuruh bersaing dengan agama yang lain dalam memberikan
kontribusi kepada kemanusiaan (al-khayrat) berupa AKSI, TINDAKAN dan PERBUATAN dalam WUJUD KARYA NYATA dalam hal berlomba-lomba merealisasikan KEBAIKAN dan KEBAJIKAN serta CINTA KASIH hingga terciptanya KEDAMAIAN dan KEEJAHTERAAN bagi sesama makhluk dan Alam Semesta.

3. Semua agama itu kembalinya kepada Allah pencipta Langit dan Bumi. Islam, Hindu, Budha, Nashrani, Yahudi kembalinya kepada
Allah. Adalah tugas dan wewenang Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan di antara berbagai
agama. Kita tidak boleh mengambil alih " HAK PREROGARTIF " Tuhan untuk menyelesaikan perbedaan agama dengan cara
apa pun, termasuk dengan fatwa mengatas namakan salah satu Agama sekalipun untuk MENGGERUS keyakinan orang/agama lain.....!! Yang perlu kita PAHAMI dan camkan baik-baik adalah " AGAMA BUKANLAH sarana untuk MENGHAKIMI sesama manusia...!

Sebagai RENUNGAN yang mempertegas kesimpulan saya di atas, bahwa PERBEDAAN keyakinan ( agama ) merupakan gambaran warna-warni PELANGI di langit yang begitu mempesona menghiasi Alam Semesta ini. Itulah menyiratkan akan keberadaan Ayat-ayat Tuhan yang memang bertebaran memenuhi Jagad Raya ini. Tinggal bagaimana kita-kita bisa memanfaatkan dalam MENGAIS MAKNA dan MENJUMPUT HIKMAH yang terkandung di dalamnya tanpa harus saling " Gesek, Gasak dan Gosok " antara satu dengan yang lain, melainkan diperlukan adanya suatu sikap dan perilaku untuk saling " Asah, Asih dan Asuh " diantara sesama penganut Keyakinan ( agama ) yang berbeda. Indah bukan....?? Karena YAKINLAH bahwa " KEBENARAN " hanyalah MILIK Tuhan Semesta Alam : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.( Al Isro' 84 )

Hmmm...hmmmm...Jika realitasnya dalam kehidupan ini ada perbedaan dalam konsep, Methode dan pemahaman akan MAKNA sebuah keyakinan beragama, yah...inilah adanya, mestinya harus disikapi dengan BIJAKSANA dan Hanif, BUKAN harus mempertontonkan kepada khalayak ramai dalam bentuk " Show of Force " unjuk kekuatan SALING MEMBENCI dan MENGKAFIRKAN to....??.
Heks...heks...
kita yang sama-sama MENGAKU-NGAKU ber AGAMA dengan nama ISLAM saja berbeda dan gak SERAGAM to...??. Memang harus begitu kok...Aneh saja kalu ada yang MEMAKSAKAN harus SERAGAM dalam berkeyakinan dan BEARIMAN terhadap Tuhan....Bukankah Tuhan itu ada di dalam SANGKA-SANGKA hamba-NYA...??

25 Desember 2007

RESPON YANG BERLEBIHAN

Oleh : Kariyan

Tulisan ini hanyalah sekedar mengungkapkan adanya BERBAGAI tanggapan berlebihan yang dipertontonkan Umat ISLAM berkaitan dengan pemutaran sebuah film ( sinetron ) " My Hope Billy Graham 15 Desember 2007 lalu.

Secara pribadi saya betul-betul " GELI " sampai terpingkal-pingkal melihat POLAH TINGKAH situs-situs ISLAM yang kelihatan " Moyak-mayik seperti Gabah di Interi " seakan Sinetron Billy Graham sebuah VIRUS MENYESATKAN bagi kalangan umat Islam. Jargon-jargon WASPADA sepertinya disikapi berlebihan oleh umat Islam dengan berbagai komentar yang menggiring umat kepada suatu bentuk sikao " ANTI PATI " pada para PELAKON sinetron tersebut hanya karena Billy Graham menggotong para pemainnya yang nota bene ber AGAMA dengan nama KRISTEN....

Berbagai bentuk informasi yang saya katakan merupakan bentuk-bentuk " PROVOKASI VERBAL " tengah diusung oleh entah siapa yang memulainya..embuh...saya nggak ngerti apa maksudnya, yang jelas " WORO-WORO " tersebut telah menggiring umat ISLAM yang " ABANGAN " menjadi sosok manusia-,manusia PEMBENCI, manusia PENYEKAT, manusia PARANOID, manusia SKEPTIS dalam bersosialisasi dengan masyarakat yang berbeda " BAJU " Agama dan Keyakinan. Kita-kita ini dalam hidup bermasyarakat, ternyata lebih senang BEREBUT KULIT tanpa ISI, lebih suka berebut TULANG tanpa DAGING...

Jika poro Sanak Kadang, sudah paham dengan pakem " BAGIMU AGAMAMU dan BAGIMU AGAMAKU " prinsip ini apakah sudah bener-bener KOKOH dah JEJEG, NGADEG sak PENGAWE ...??. Jika sudah menyebar dalam darah dan " Mbalung Sumsum " sebagai PERSEPSI diri kita, dalam JIWA kita, kenapa hal-hal sepele yang berupa tontonan lantas bisa menjadikan dan membuat kita-kita BAK KEBAKARAN JENGGOT...??. Sadar nggak seh...dengan sikap berlebihan akan KEKHAWATIRAN yang ditunjukkan Umat yang beragama dengan Nama ISLAM seperti kita-kita ini, sebagai efek dominonya malah menunjukkah EKSISTENSI dan JATI DIRI kita, kelompok kita, AGAMA kita... tak ubahnya seperti sebuah bangunan GUBUG REYOT yang mudah sekali " AMBRUG " kena tiupan angin PUTING BELIUNG. Semestinya ENJOY aja lageh....kenapa kita-kita semua pada MOYAK-MAYIK seperti mau ada GEMPA besar yang menhancurkan Umat Islam...??

Respon berlebihan yang kita tunjukkan dengan mengambil JARGON-JARGON " kata WASPADA " haruslah kita teliti sejauh mana kefalidannya , jangan-jangan entuh....sengaja dihembus-hembuskan oleh orang-orang untuk MEMBENTURKAN antar Umat ber AGAMA....bisa terjadi kan...??? Jika kita sama-sama masih YAKIN dan KEUKEUH.... kalau SHOLAT sebagai manivestasi dari TIANG AGAMA dengan adanya penyebaran Iklan yang seolah-olah sebagai peringatan sampai ke seluruh penjuru negeri yang ditunjukkan oleh Umat Islam, ternyata gak kita sadari bahwa hal itu menunjukkan kalau KEIMANAN kita sama sekali " TIDAK MENUNJUKKAN eksistensinya sebagai sosok bangunan TIANG AGAMA yang KOKOH dan KUAT ditempa oleh berbagai TANTANGAN ",
melainkan sebuah TIANG AGAMA yang KEROPOS dan siap-siap mau AMBRUG hanya karena tontonan sebuah sinetron....!!.

Heks..heks...Poro sanak Kadang,
Sudah saatnya bagi para dai Islam untuk mengetahui bahwa mereka tidak dituntut untuk mengislamkan orang-orang yang beragama selain Islam.
Mereka tidak berhak mengklaim bahwa selain orang Islam akan masuk neraka, karena kunci-kunci surga bukan di tangan mereka. Sikap seperti itu merupakan pelanggaran keras terhadap wewenang Allah. Yang dituntut dari para dai, setelah al-Quran mengatakan,
*"Wahai orang-orang yang beriman, diri kalian adalah tanggung jawab kalian. Orang yang tersesat tidak akan membahayakan kalian ketika kalian mendapat petunjuk,"* *(QS. Al-Maidah:105) *
adalah menjadi 'saksi atas manusia". Para dai hanya bertugas memperkenalkan Islam kepada mereka kemudian menyerahkan segalanya kepada mereka. Urusan konversi agama tidak hanya menyangkut iman dan teori. Ini juga menyangkut hubungan sosial dan konsekuensi-konsekuensi selanjutnya. Hidayah itu sesungguhnya hanya datang dari Allah, bukan dari seorang rasul, apalagi dari seorang yang baru hanya MENGHAFAL teks book Kitab Suci yang dijual dengan murahnya dari mimbar ke mimbar tempat Ibadah..!!.


.
Secara sederhana, umat beragama yang eksklusif berpendapat bahwa hanya pemeluk agamanya saja yang selamat dan masuk surga. Di luar lingkungan agama kita, semuanya masuk neraka...!!. Ini loh yang saya katakan bahwa Umat yang ber AGAMA dengan nama ISLAM sekarang ini tampil bak TUHAN-TUHAN tandingan..!! menjadi sosok manusia yang ke PD an dan GEMAGAH...!!. Ketika kita mengambil POSISI sebagai umat yang PALING BENAR, sebagai konsekwensi logisnya adalah kita-kita akan menganggap Umat yang ber AGAMA selain ISLAM adalah KAFIR, SESAT....dari mana kita TAHU....??.

Seorang ekslusivis merasa dirinya, kelompoknya, golongannya "menguasai gudang-gudang rahmat Tuhan" dan menahannya hanya untuk kelompoknya saja. Rahmat Tuhan itu meliputi langit dan bumi, tetapi kasih sayang kaum ekslusivis terbatas pada rumahnya sendiri. Mereka berkata: Yang masuk surga hanya orang Islam saja. Sebagian lagi menyatakan: itu pun tidak semua orang Islam. Umat Islam akan pecah menjadi 73 golongan. Semua masuk neraka, kecuali golonganku. Lebih lanjut, dalam golonganku, semuanya masuk neraka keuali mereka yang ikut kepada Ustaz si Fulan saja. Maka rahmat Allah yang meliputi langit dan bumi sekarang diselipkan di sudut surau yang sempit.
Bertentangan dengan kaum eksklusivis ( singularis ) adalah kaum pluralis ( unifersal ). Saya lebih berkeyakinan bahwa semua pemeluk agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh keselamatan dan masuk AKHERATNYA TUHAN...!!. Semua agama benar berdasarkan kriteria masing-masing. Mereka percaya rahmat Allah itu luas. " Al-Khalqu 'iyâli ", firman Tuhan dalam hadis Qudsi. Semua makhluk itu keluarga besar Tuhan. Sayapun tidak habis mengerti mengapa ada manusia yang berani membatasi kasih sayang Tuhan. Dan, sayapun heran mengapa ada orang yang hanya karena hafal dengan teks book Kitab Suci, lantas dengan GEMAGAHNYA mengambil alih wewenang Tuhan...?.

Suatu Keberanian yang luar biasa dalam merampas selendang/wewenang Allah! Apatah mereka yang memegang kunci-kunci neraka? Apakah mereka yang menenggelamkan manusia ke dalam neraka? Atas dasar apa mereka membangun kesimpulan itu? Bagaimana kesadaran mereka atas rahmat Allah yang tidak terbatas yang akan membalas satu kebaikan dengan tujuh ratus lipat kebaikan? Kasih sayang seorang ibu hanyalah satu dari seratus kasih sayang-Nya. Dia tidak akan menenggelamkan
manusia ke dalam neraka, kecuali manusia-manusia pembangkang yang berbuat kerusakan dan kezaliman di muka bumi ini."

Kasih sayang Tuhan jauh lebih luas dari kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Tetapi apakah itu punya dasar dalam Al-Quran? Mungkin Poro Sanak Kadang pingin tahu DASAR sebagai rujukannya...??. Dalam tulisan ini, saya ingin menunjukkan sebagian dari dalil-dalil pluralisme ( UNIFERSALITAS ) dalam Al-Quran yakni Al Baqarah 62 dan Al MAidah 69. Jika ada yang menafsirkan berupa PERTENTANGAN, saya pribadi menganggap LUMRAH, Kenapa...??? Itulah yang saya katakan konsepnya kaum EKSKLUSIFME ( Singilarisme ) seperti diatas. Lebih jelasnya ini loh

Ada tiga cara untuk membantah ayat yang membenarkan pluralisme ini.
Pertama, mereka mengatakan bahwa ayat ini sudah dimansukh dengan Ali Imran 85 (Sudah dijawab Fadhlullah di atas).
Kedua, ayat ini hanya berlaku untuk orang Yahudi, Nashrani, dan Shabiin sebelum kedatangan Nabi saw. Jadi orang Islam pada zaman Islam, orang Nashrani, Yahudi, dan Shabiin pada zamannya masing-masing akan memperoleh pahala dari amal salehnya. Zaman ini zaman Islam. Karena itu, selain Islam, semua agama kehilangan validitasnya, sebagaimana kedatangan uang Republik menyebabkan uang Belanda tidak berlaku. Argumentasi berdasarkan analogi ini tidak punya dalil yang memperkuatnya dalam Al-Quran dan Sunnah. Sebuah ayat yang bermakna umum tidak boleh diartikan khusus kecuali dengan keterangan yang kuat.
Ketiga, mereka menafsirkan "beriman kepada Allah" sebagai beriman kepada ajaran Islam, karena Allah adalah konsep khusus untuk Islam. Allah adalah Tuhan bagi orang islam. Kristus Tuhan bagi umat Kristiani. Wisnu Tuhan bagi orang Hindu. Dan sebagainya. Erat kaitannya dengan argumentasi ini adalah keimanan kepada hari akhir dan amal saleh. Hari akhir yang harus diimani adalah hari akhir menurut penjelasan syariat Islam. Amal saleh juga adalah amal yang berdasarkan syariat Islam. Dengan penafsiran seperti ini, kita melihat perubahan drastis dari ayat pluralis menjadi ayat eksklusivis.
Secara terperinci ayat ini berarti "Sesungguhnya orang-orang Islam, orang Yahudi, Nashrani dan Shabiin yang kemudian masuk Islam (dengan beriman kepada Tuhan orang Islam, dan aqidah Islam serta beramal sesuai dengan syariat Islam) akan memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka".
Lepas dari reduksi yang menggelikan dari segi bahasa, kita akan membuktikan bahwa menurut Al-Quran Allah itu adalah Tuhan yang sama seperti yang diimani oleh Ahli Kitab bahkan orang musyrik. Simaklah ayat-ayat Al-Quran di bawah ini:

*Al-Quran 29:46*
*Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman pada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhamu adalah satu. Dan kami hanya kepadanya berserah diri. *

*Al-Quran 29:61*
*Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan dari jalan yang benar. *

*Al-Quran 43:87*
*Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah". Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah). *

Hmmm...hmmmm...Jika ada perbedaan dalam konsep, pemahaman akan MAKNA, yah...inilah adanya, tapi BUKAN BERARTI harus SALING MEMBENCI dan MENGKAFIRKAN sesama manusia yang telah mencoba menemukan Tuhan-Nya denga Agama atau Keyakinan yang telah dijalankan to....??
Heks...heks...faktanya poro Sanak Kadang,
kita yang sama-sama mengaku-ngaku ber AGAMA dengan nama ISLAM saja kenyataannya banyak berbeda dan gak seragam to...?? Memang harus begitu kok...Aneh saja kalu ada yang MEMAKSAKAN harus SERAGAM dalam berkeyakinan dan beriman....

Mohon maaf KITA MEMANG harus BERBEDA....!! dan JANGAN merasa PALING BENAR dan JANGAN saling MENGKAFIRKAN dan MENYESATKAN Orang/Agama lain....!! Tanya..kenapa...?? Weleh..weleh...ndak sadar toh...la wong kita-kita ini sama-sama TERSESATNYA kok...!!!

19 Desember 2007

Jauh Dekat Dan Rahasia-NYA

Oleh : Kariyan


Rahasia adalah laksana sesuatu yang terselubung dalam kelembutan dan kehalusan yang tersembunyi di dalam DIRI manusia, seperti halnya keadaan " Jiwa dan Raga " serta " Ruh dan Jasad ".


Rahasiamu yang tersembunyi itu berkekuatan melebihi kekuatan bumi dan langit

Rahasiamu dapat memandang segala sesuatu tanpa biji mata, mendengar tanpa daun telinga, bertempat tinggal di alam rumah-rumah dan tidak pula membutuhkan makan dan minum.

Rahasiamu tidak mengenal malam dan tidak pula mengembara disiang hari, keberadaannya tidak diketahui oleh " AKAL dan PIKIRAN " dan tidak pula berhubungan dengan hukum sebab akibat.

Rahasiamu hidup dalam abad demi abad, sedangkan jasadmu hidup dalam waktu yang telah ditentukan. Tuhan berada di belakang rahasiamu tetapi pengetahuan rahasiamu tidak dapat menjangkau dan menyaksikan Tuhan. Bila engkau yakini tentang rahasiamu, maka engkau BUKAN lagi engkau…, sedang engkau-engkau itu adalah tetap engkau…

Engkau semua berasal dari pada-NYA, sedangkan segala sesuatu yang berada di alam wujud ini datangnya kemudian daripadamu, tiada satupun yang datangnya dari padamu dapat mengalahkan engkau, asalkan engkau telah " MENGENAL KEDUDUKANMU " dan membiasakan diri duduk di dalam " MAQAMMU ", maka yang demikian itu engkau lebih kuat dari bumi dan langit.

Engkau lebih kuat dari SURGA dan API NERAKA " sekalipun…dan lebih kuat dari kandungan huruf dan asma', lebih kuat dari segala apa-apa yang nyata di dalam dunia dan akhirat.


Jika engkau telah meyakini akan RAHASIAMU, maka yakin pulalah engkau akan Tuhanmu, karena dari pada-NYA lah adanya segala yang ada. DIA lah yang menyatakan segala sesuatu…DIA tidak berada di dalam sesuatu dan tidak pula berdiam di dalam segala sesuatu….

DIA tidak akan terjawab oleh pertanyaan " BAGAIMANA " dan tidak pula oleh

" UCAPAN TANYA " yang seperti apapun. Laisa Kamislihi Syaiun….Tiada segala sesuatu yang telah diciptakan " MENYERUPAI " Keberadaan-NYA.

DIA adalah Yang Maha Esa, Yang Maha Tunggal dan menjadi tempat kembalinya segala macam PINTA, tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi NYATA selain DIA.

DIA telah mendhahirkan alam semesta, bumi dan langit yang bersifat teguh dan tetap. Apabila DIA bernyata niscaya DIA akan melenyapkannya dan apabila DIA berkehendak niscaya DIA akan mengembalikannya kepada mendhahirkannya pula dengan pakaian-pakaian sementara serta aneka ragam sesuatu yang terdapat dimana-mana yakni pakaian " RUANG dan WAKTU….MASA dan MANA "

Maka peliharalah batasmu antara MAKNAWIYAH dan STABITIYAH antara RUH dan JASADmu.

Segala sesuatu akan dituntut oleh dari mana ia berasal…Jasad berasal dari tanah, maka tanah itu akan menuntut kembalimu. TiadalahDIA berasal segala sesuatu, lalu sesuatu itu akan menuntut-NYA dan tiadalah DIA dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan berkhusus dengan-NYA.

Tiadalah DIA ditentukan…dan sesungguhnya DIA adalah MUTLAK dan tiada pula segala sesuatupun yang menyamainya " Laisa Kamislihi Syai'un ". Tiada segala sesuatu yang telah diciptakan dapat menyamai ( menyerupai-NYA ).


Menundukkan kepala kebawah, adalah merupakan lalu-lintas perjalanan dunia dan akhirat dan melepaskan pandangan adalah merupakan penjara dunia dan akhirat. Penglihatan mata adalah laksana penjara dunia dan akhirat, dalam arti jika penglihatan sering engkau manjakan sedemikian rupa, memandang wajah ayu dan cantik, maka sesungguhnya dibalik wajah ayu dan cantik itu terbukalah pintu-pintu penjara dan engkau berada di dalamnya sebagai penghuni. Engkau akan menuruti segala perintahnya dan akan menjadi budaknya selama-lamanya, maka engkau akan luput dan kehilangan arah dari perjalanan dunia dan akhirat.

Orang-orang yang menoleh kekiri dan kekanan sesungguhnya tidak layak lagi berjalan bersama Tuhan, karena dia sudah disibukkan oleh " FIKIRANNYA " yang tidak menyatu lagi dan bercerai-berai serta tidak lagi patut mendengar perkataan Tuhan. Pelihara hatimu dari segala jurusan pandangan mata, jika tidak..maka engkau tidak akan lagi dapat memelihara untuk selama-lamanya. Peliharalah matamu, niscaya Tuhan kan jaga hatimu. Jagalah dirimu dari perbuatan mengumbar " SYAHWAT " niscaya Tuhan kan cukupi HAJATmu. Peliharalah kedua matamu dan serahkanlah semua serta tinggalkan kesemuanya kepada Tuhan…., bila telah engkau pelihara keduanya, niscaya terperihalah hatimu dalam puri kerajaan-NYA. Yakni sudah tidak lagi terpengaruh oleh pelbagai macam yang menarik perhatianmu juga tidak lagi terpengaruh dan tergoda dari ketidak tetapan, ketidak mantapan. Dan, engkau akan diberi kemampuan untuk mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan kemampuan yang teguh. Itulah yang dimaksudkan dengan " PURI KERAJAAN " Tuhan semesta alam.

Berulang kali DIA perkenalkan DIRI-NYA padamu, tetapi engkau belum juga mengenal-NYA. Hal yang demikian berarti engkau telah menjauhkan DIRI dari pada-NYA. Engkau sudah mendengar tutur kata-NYA dari lubuk hati sanubarimu yang paling dalam, tetapi engkau belum juga mengetahui bahwa itu adalah tutur kata-NYA, hal yang demikian sama halnya engkau telah menjauhkan DIRI dari pada-NYA. Sebenarnya engkau dapat melihat DIRIMU, sedangkan Tuhan semesta alam jauh lebih dekat dari dirimu bahkan jauh lebih dekat dari urat lehermu. Itulah pengertian menjauh yang sebenarnya.

Engkau akan tetap tinggal terhijab dengan hijab TABIATMU sendiri, sekalipun sebenarnya telah Tuhan ajarkan padamu ILMU pengetahuan-NYA dan kerap juga engkau mendengarkan segala tutur kata-NYA, hingga engkau berpindah kepada kedudukan bekerja dengan-NYA. Adapun yang berhenti dan berdiri tegak di hadirat-NYA, sesungguhnya engkau telah memasuki tiap rumah yang tiada lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya. Engkau sudah merasakan segala macam minuman tetapi masih saja tetap terasa haus dan dahaga. Lalu engkau sampai juga kehadirat-NYA dan DIA adalah tempat tinggalnya dan disisi-NYA adalah tempat penghentian dan berdiri-NYA.

Penghentian untuk berdiri tegak di HADIRAT-NYA adalah dibalik apa yang dikatakan dan MAKRIFAT itu adalah puncak yang dikatakan, sedangkan ILMU Pengetahuan itu adalah apa yang dapat dikatakan.

Bila engkau melihat sesuatu yang selain-NYA, sesungguhnya engkau takkan dapat lagi melihat-NYA.

Janganlah putus harapan dari pada-NYA….Andaikan engkau datang kepada-NYA dengan segala ucapan dan tutur kata yang buruk, maka sesungguhnya ampunan Tuhan lebih besar. KASIH SAYANG-NYA jauh lebih utama dari pada MURKA-NYA.

Datang dan Temuilah " DIA " Seorang Diri

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku ”. ( QS. Al Fajr 27- 30 )

Terlepas boleh atau tidak, suka atau tidak saya hanya mencoba memaknai ayat tersebut dalam kaca mata dan persepsi DIRI saya pribadi. Dan, saya bukanlah seorang ahli Tafsir yang perlu anda ikuti tentang pemahaman berkenaan dengan ayat di atas. Saya mencoba mengkaitkan ayat di atas dengan ayat yang lain yang terjemahannya kurang lebih " Matilah kamu dalam keadaan Islam ". Adakah korelasinya antara " Jiwa yang tenang dengan Islam...???". Secara pribadi saya yang sangat awam dalam beragama ini mencoba menelisik kaitan dua ayat tersebut sangatlah erat dan saling mengkait. Hal ini didasarkan pada pemahaman akan makna ISLAM yang saya pahami BUKANLAH sebuah Nama Agama, tetapi sebuah Kepribadian dan Budi Pekerti luhur yang dilandasi oleh Sikap yang " Pasrah, Ikhlas, dan Ridhlo " hanya semata-mata Lillahi Ta'ala ( Inna sholati, wa nusuki, wa mahyaaya, wama mati hanya untuk Tuhan ). Jika seseorang dalam beraksi, berbuat dan bertindak dalam kehidupan ini atas dasar ISLAM ( pasrah, ikhlas dan ridhlo ) secara otomatis orang tersebut sesungguhnya telah berada dalam kondisi pencapaian derajad BATINIAH / NURANIAH yang tertinggi. Dan, saat itulah orang tersebut yang tanpa disadarinya tengah berada pada puncak " KETENANGAN JIWA " dalam Dirinya.
Apakah Ketenangan Jiwa seseorang hanya dimiliki oleh orang-orang yang memeluk Agama dengan nama tertentu...??. He..he..rasanya kok ya tidak sih...Kenapa..?? Agama apapun Label Formalitasnya ( namanya ), pada dasarnya adalah merupakan S.O.P ( Standart Operasional Prosedur ) bagi seseorang untuk mengaplikasikan aksi, tindakan dan perbuatan dalam kehidupan ini yang golnya adalah untuk KEBAIKAN dan KEBAJIKAN buat sesama makhluk dan Alam Semesta ini. Maka hal ini sangatlah KLOP dengan fungsi dan tujuan Tuhan menjadikan manusia sebagai " KHALIFAH " di Jagad Raya yang telah digelar Tuhan sebagai wahana hidup bagi manusia berdasarkan " KODRAD dan IRODAD " Tuhan.

Dari pemahaman saya yang dangkal dan awam dalam beragama ini, saya mencoba mengaitkan pemahaman saya di atas dengan menukilkan pesan Orang bijak seperti dibawah ini :

" Hendaklah Engkau BEKERJA tanpa melihat pekerjaan itu "

" Hendaklah Engkau BERAMAL/BERSEDEKAH tanpa

memandang SEDEKAH itu "

Ketika Engkau melihat AMAL PERBUATANMU walau BAIK sekalipun tak layak bagi-NYA, maka JANGANLAH Engkau masuk kepada-NYA dengan semuanya itu....terlebih bila Engkau mengharap PAHALA dan SORGA-NYA.

Sesungguhnya kalau Engkau datang kepada-NYA berbekal AMAL PERBUATANMU, maka akan DIA sambut kedatanganmu dengan PENAGIHAN dan PERHITUNGAN-PERHITUNGAN.

Dan kalau Engkau mendatangi-NYA dengan ILMU PENGETAHUANMU, maka akan DIA sambut dengan TUNTUTAN....

Dan kalau Engkau mendatangi-NYA dengan MA'RIFAT( pengenalan ), maka sambutan-NYA adalah HUJAT

" Hendaklah Engkau lepaskan ILMU PENGETAHUANMU, AMAL PERBUATANMU, MA'RIFATMU, SIFATMU, NAMAMU dan dari SEGALA yang NYATA ( EGO DAN ke AKUANMU )... karena dari semua YANG NYATA di Dunia ini adalah berasal dari CIPTAAN-NYA.

Supaya dengan demikian Engkau bisa bertemu dengan-NYA seorang diri ".
Jika Engkau masuk kepada-NYA dengan berbekal KENYATAAN dan ke AKUAN, maka TIADALAH KEBAIKAN dari padamu.

Temuilah DIA dengan KESENDIRIAN....
sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan IBADAHMU, niscaya kan DIA jaga SIANG dan MALAMMU, DIA jaga HATIMU, URUSANMU... juga KEMAUAN KERASMU.

Serahkanlah kembali tentang catatan AMAL BAIKMU, catatan ILMU PENGETAHUANMU , NAMAMU, SIFATMU dan MA'RIFATMU...hanya kepada-NYA tanpa PENGAKUAN dan ke AKUAN .....

Kelak DIA kan BUAHKAN dengan KEBERKATAN dan DIA akan LEBIH-LEBIHKAN KEMURAHAN-NYA.

12 Desember 2007

DIRI di JALAN SUNYI

Oleh : Anak negeri.

WAHAI DIRI…yang sebenar-benar DIRI.

Jadilah bagai ARJUNA…
Yang TAK TERGODA oleh apa-apa
Karena ia tahu….
Senjata SAKTI ada di kedalaman Samudera Surgawi.
Dan untuk meraihnya dengan melanglang buana….
Menyusuri riuh dan riak gelombang Jagad….

Inilah JALAN yang pernah ditempuh MUHAMMAD, ISA, MUSA dan wajah-wajah suci lainnya. Ketika tak lagi melihat dunia sebagai sebuah wujud yang menyilaukan,…Ketika menyadari ada rahasia yang sangat besar dibalik penciptaan alam raya,…Ada rahasia agung yang tersembunyi dibalik berdirinya keindahan,…Ada kekuatan yang Maha Dahsyat dibalik beratnya beban yang dikandung bumi. Ada Keajaiban yang masih tertaburi dari pandangan mata, ketika menyadari dunia tak cukup memberikan penjelasan dengan keberadaannya,… Dunia hanya bias berkata, “RENUNGILAH… dan RENUNGILAH….
Pada Tuhan kunci semua kesejatian, pada Tuhan semua pertanyaan akan memperoleh kebenaran jawaban.

Inilah wajah PENCINTA,…yang lewat matanya,..memancarkan cahaya keagunganNya…Lewat bibirnya ucapan keindahan bak mutiara yang tersembul dari kedalaman samudera, lewat seluruh gerak tubuhnya memancarkan cahaya bagi jiwa sekeliling.

“Wahai yang Maha cepat ridha-Nya…!
Ampunilah orang yang tidak memiliki apapun kecuali do’a…
Karena Engkau perbuat apa kehendakMu..
Wahai yang NamaNya adalah Obat…
Yang Zikirnya adalah Penyembuhan…
Yang KetaatanNya adalah Kekayan…
Kasihanilah orang yang hartanya hanya harapan…
Dan senjatanya adalah do’a.”

Inilah yang cabangnya adalah menghidarkan diri dari KERAKUSAN dan KETAMAKAN akan dunia, ketika memang demikian dunia diciptakan senantiasa menggoda, bagai perempuan tua yang semakin cantik dan harum baunya,…Namun bagi jiwa yang menyadari akan hakekat kehidupan yang hakiki, tentu takkan terkecoh oleh keberadaannya,…takkan tertipu oleh manis anggurnya,…takkan terpana oleh gemerlapnya dan takkan tergoda oleh segala macam rayuan keindahan yang hadir di hadapan mata,…yang berkelebat diseluruh ikatan jiwa.

• Inilah yang cabangnya adalah MEMELIHARA KESOPANAN kepada seluruh kehidupan,…ketika demikian Muhammad diutus untuk menyempurnakan BUDI manusia.
• Inilah cabangnya adalah BELAS KASIH kepada sesama, memberikan yang terbaik dari yang paling dicintai untuk di persembahkan kepada Kekasih-Nya.
• Inilah yang cabangnya adalah MENAHAN DARI NAFSU AMARAH, ketika demikian sabda-Nya, bahwa kekuatan bukanlah pada jasad yang besar, tetapi mampukah ia menundukkan hawa nafsunya, seraya memohon perlindungan akan dicerahkannya jalan menuju-Nya, bukan jalan murkaNya.
• Inilah yang cabangnya adalah SEDEKAH, dengan seluruh KEBAIKAN lewat pemberian terbaik. Ketika disinilah tercapainya RAHASIA PENGABDIAN DAN CINTA.
• Inilah yang cabangnya adalah ZUHUD kepada dunia, ketika tiada kebaikan selain hidup di Hadirat-Nya, tiada kebaikan yang hidup dalam jiwa selain bersikap santun dalam menghadapi SEGALANYA.
• Inilah yang bahasa hidupnya adalah Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi tak meminta balasan, dan yang mengasihi tak minta dikasihi.

Ketika mengetahui sejatinya kehidupan adalah melakukan sembah puji yang dalam demi menggapai lautan taat, maka,…..masihkah keburukan memperoleh tempatnya dihati, menempati singgasana di kedalaman samudra batin.

Wahai jiwa,….!!! Bangunlah dari KETERLENAAN ini…
Dunia adalah padang yang menghamparkan badai, topan dan ombak serta berbagai macam rintangan menuju cintaNya.
Aku yakin,….kita semua dapat melaluinya dengan baik,……
Walaupun keringat, cucuran air mata dan tetesan darah mengalir dari jasad ini…..
Hadapilah semua itu dengan gagah berani……
Jadilah kalian para Ksatrya yang tangguh….
Persembahkan yang terbaik untuk DIRIMU, BANGSAMU, NEGERIMU dan TUHANMU……

Salam


Kariyan
dari Padepokan Borneo Timur

09 Desember 2007

TUHAN ABSTRAK DAN TERASA...??

Al kisah “ para pencari Tuhan “.

Sebut saja si Abid yang telah melakukan pengembaraan dan melanglang buana dalam mencari keberadaan Tuhan SEJATINYA Tuhan Al HAQ. Dalam perjalanan pencariannya dari satu Kiyai sampai kepada Kiyai lain, dari satu Guru kepada Guru yang lain. si Abid hanya ingin mendapatkan jawaban KEPASTIAN apakah para Kiyai dan Guru yang ditanya satu persatu tersebut telah ” Melihat Tuhan....?”. Dari sekian banyak Kiyai dan Guru yang ditanya oleh si Abid, semuanya tidak memberikan kepuasan dan kepastian bagi diri si Abid. Akhirnya dalam serba keputus asaan si Abid bertemu teman karibnya yang mengajaknya untuk bertemu dengan seorang Petani yang bukan berpredikat sebagai Alim Ulama ataupun Ahli Kitab. Si Abid pun mengajukan pertanyaan yg sama " apakah Pak Tua sudah melihat Tuhan...?". Pak Tua menjawab, " Ya sudah pernah, bahkan setiap saat aku melihat wajah Nya, aku melihat wajahnya dgn jelas sekali sama seperti aku melihat wajahmu saat ini ".

Si Abid jiwanya terguncang mendengar jawaban tsb. Ia tidak mengharapkan jawaban
setegas itu. Ia sudah tidak mengharap ada orang yang dapat menjawab pertanyaannya. Dlm hati kecilnya ia berpikir bukan kah itu jawaban yang kutunggu selama ini..? Namun ketika jawaban itu diperolehnya dia pun terkejut. Setelah itu dia
pun menundukkan kepalanya. Ia sadar bahwa yang dihadapinya bukan lah Pak Tua biasa bukanlah para ahli kitab. Ia sedang menghadapi manusia Allah.
Seorang Tua yang sudah melihat tidak hanya mendengar suara-Nya. Pak Tua adalah seorang saksi dan hanya seorang saksi yang bisa menjawab seperti itu. Yah... pak Tua telah melihat wajah Tuhan, pak Tua sedang melihat Tuhan. Pak Tua melihat-Nya setiap saat. Abid memang sangat terkejut dengan jawaban dari seseorang petani Tua yang secara “ TEGAS, LUGAS dan GAMBLANG “ pak Tua tersebut berani menyatakan dirinya bahwa dia telah melihat TUHAN dengan jelas, sejelas pak Tua itu melihat wajah si Abid. Mungkin dalam hati kita akan bertanya ataupun protes dengan kesaksian pak Tua tadi, bahwa dirinya telah menyatakan bener-bener telah melihat Tuhan dengan sejelas-jelasnya. Padahal jika kita mencoba kembali melongok kebelakang meretas kisah perjalanan Musa di Lembah suci Thuwa, bukankah Musa tidak bisa melihat sama sekali alias TERSUNGKUR…? demikian juga seperti yang dialami Muhammad ketika MIKROJ, bukankah Muhammad juga TERSUNGKUR…??.


Lalu apa makna yang TERSIRAT dari yang TERUCAP oleh pak Tua tadi hingga membuat si Abid TERCENGANG…??.
Disinilah diperlukan kejelian cara pandang dan pemahaman kita untuk memahami sesuatu yang telah terekam oleh panca indera kita. Tinggal bagaimana dan sejauh mana kita bisa mengolah dan menggali “ PELAJARAN dan AJARAN “ hingga menjadi sebuah kata kunci yakni MEMAHAMI…!!.
Bagi saya pribadi yang KATRO ini, pernyataan pak Tua yang telah ditemui si Abid dalam kisahnya, betul-betul membuat saya MELONGO…!!.
Kenapa…??, Ada dua kemungkinan bagi saya dalam mencerap makna KIASAN dari pak Tua tadi. Pertama, jika kita memaknainya kejelasan KEBERADAAN TUHAN tadi dalam wujud MATERI dan FISIK atas yang dilihat oleh pak Tua tadi, maka kita akan terjebak oleh PRASANGKA yang timbul berdasarkan penilaian AKAL PIKIRAN kita bahwa TUHAN itu bisa ” DIDEFINISIKAN dan TERDEFINISIKAN…!!.
Kedua, jika kita memaknainya kejelasan KEBERADAAN TUHAN tadi dalam wujud
DZAT-NYA, maka sesungguhnya Tuhan itu adalah BUKTI NYATA, dan tidak memerlukan bukti apapun lagi…!!.

ALLAH adalah bukti dari segala sesuatu, karena DIA lah Yang Mutlak….!! Hanya dikarenakan kedangkalan AKAL PIKIRAN kitalah lantas mencari segi-segi yang kita kira dapat melemahkan dan menyerupakan dengan diri kita berdasarkan murni AKAL sang PIKIRAN. Adanya ayat yang berbunyi “ Dialah yang AWAL dan yang AKHIR, Dialah yang DHAHIR dan yang BATHIN “ Apa yang bisa kita pahami dengan adanya ayat ini…??. Jika Tuhan menyatakan keberadaan-NYA secara DHAHIR, apa yang bisa kita maknai…??. Apakah dengan cara leterleks dan membabi buta lantas bisa kita terima pernyataan sang Guru si Abid tadi…?? Bahwa WUJUD atau KEBERADAAN Tuhan jelas… sejelas wajahnya si Abid…??. Bukankah dalam ayat yang lainpun secara tegas Tuhan menyatakan bahwa “ KEMANA SAJA kamu MENGHADAP/ mengarahkan wajahmu DISITULAH WAJAH TUHAN “ .


ALLAH berada di dalam segala KENYATAAN di Alam semesta ini. Kita memang dapat melihat DIA dengan sejelas-jelasnya dikesemuanya ini, lalu terlontarlah ucapan dari lubuk hati yang paling dalam Engakaulah sesungguhnya ALLAH…seakan-akan semburan “ Lafadz “ yang tak tertahankan lagi, mau tidak mau, sadar ataupun tidak sadar bahwa pandangan akan keindahan ini mempunyai daya tarik yang kuat untuk mengucapkan sebutan " ALLAH.... ". Contoh paling sederhana adalah ketika kita lagi mengalami derita kesakitan, ketika kita menggeliat…tiada ucapan lain kecuali “ Ya Tuhan “ Yang bersifat Lembut ( Lathief ) sekalipun kita belum pernah mengimani pada-NYA ataupun meyakini akan kelembutan-NYA… Itulah suara HATI NURANI yang menggema dilubuk hati mendorong ucapan kebenaran dikarenakan dalam setiap INSAN sudah ada “ Stempel atau Materei ILLAHI “ yang membekas dan tak akan lekang. Sekalipun demikian, kita tidak dapat dibenarkan bila kita mengurung Tuhan dalam satu KENYATAAN atau berbagai KENYATAAN-KENYATAAN. DIALAH yang NYATA dan BUKAN yang DINYATAKAN…!!. Orang Jawa bilang “ Gusti ALLOH kuwi ONO, ning TAN KENO
KINOYO NGOPO “.
Sangat jauh sekali bedanya antara yang NYATA dengan yang DINYATAKAN. Yang NYATA itu sesungguhnya tidak Terkurung, Tiada batas, Tiada dinding, Bebas lepas….Jadi DHAHIR Tuhan itu merupakan TAJALI dengan ASMA-Nya, SIFAT-Nya dan AF’AL-Nya ( Perbuatan atau Pekerjaan-Nya )…yang tidak dapat dihitung dan diperhitungkan…!!. Adapun yang DINYATAKAN itu adalah merupakan “ KESATUAN-KESATUAN “ yang terbatas dan terdiri dari macam-macam pecahan bagian-bagian dan himpunan yang dibatasi oleh bingkai sang AKAL PIKIRAN manusia yang berlain-lainan. Dan, TUHAN bertajali dibalik KESEMUANYA ini yaitu Hukum-hukum-Nya, Nama-nama-Nya dan semua Sifat-sifat ke TUHANAN.
Selanjutnya DIALAH yang BATHIN….apakah yang Bathin itu…?? Dialah
DZAT-Nya yang “ MENINGGI “ dan tidak ada segala sesuatupun yang sanggup
berdiri tegak MENYERUPAI di SISI-Nya…
Dialah Dzat Yang Maha Suci, lagi Maha Mutlak ADANYA… Apabila kita berhimpun dengan segala sesuatu yang selain-NYA, kemudian kita berpisah, niscaya kita takkan dapat lagi berhimpun dengan-NYA. Hendaklah kita berhimpun dan bersanding dengan-NYA, niscaya kita akan berhimpun dengan yang menghimpun segala yang bersanding dengan-NYA. Kelak kita akan mendengar dengan pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran.

Jika kita berdiri tegak di HADIRAT-NYA, tidaklah kita akan tertawan oleh segala
pesona keindahan dan tidaklah kita dikejutkan oleh KEGENTARAN, karena kita telah melihat Yang NYATA…dan bukan yang DINYATAKAN ( yang berbilang ). Kita akan melihat keindahan yang bukan dinamakan KEINDAHAN lagi, Tuhan akan Nampak MUTLAK yang tidak terikat lagi. Kita akan melihat Yang MENENTUKAN dan bukan lagi yang DITENTUKAN….!!.
Mari kita bersama-sama “ Kot aflahaman tadzakka wadakarasma Robbihi
fasholla “ Bersuci untuk mengingat-NYA dan berdiri tegak ( sembahyang ) di
HADIRAT-NYA, jika tidak demikian, maka akan TERCAMPAKLAH kita dari-NYA. Jangan sampai ada KEKUASAAN dibenak kita yang SELAIN-NYA dan jangan ada daya penarik yang mempengaruhi semata-mata karena selain-NYA.
Dengan pendirian yang demikian mudah-mudahan kita akan MELIHAT segala
sesuatu yang selain ALLAH itu dengan kelainan yang senyata-nyatanya dan mari
berlepas diri dari kesemuanya itu…।!!। Jadi Pelajaran yang bisa kita petik HIKMAHNYA dari pernyataan san Guru Abid, bahwa dirinya telah melihat TUHAN dengan jelas sejelas wajah ( si Abid )। Harus kita ketahui bahwa yang dimaksud adalah BUKAN PENGLIHATAN KASAD MATA Lahir yang ada dikelopaknya, melainkan PENGLIHATAN HATI NURANINYA sang Guru. Penglihatan RASA yang berupa PERASAAN kerinduan dan kecintaan yang begitu melekat di Hati Sanubarinya. Tiadalah daya untuk menentangnya dan tidaklah kita sanggup untuk MENGURAIKAN dengan KATA-KATA IBARAT. Sekalipun RASA yang demikian telah menjalar dan “ MENGGERAYANGI “ keseluruh tubuh. Penglihatan RASA itu sesungguhnya adalah “ HADIRAT ILLAHI “ yang berupa “ HIKMAT KEBIJAKSANAAN “ yang amat mendalam dan meninggi dari aneka ragam segala gerak-gerik peristiwa yang terjadi diseluruh Jagad raya ini….!



27 November 2007

AKU YANG TAK BERDAYA


Kemarin lusa pada hari Kamis, 22 Nopember 2007 tiba-tiba saja aku mengalami suatu kejadian yang sama sekali belum pernah aku alami seumur hidupku. Sepulang dari kerja seperti biasanya aku selalu pulang agak lambat hanya untuk menghindari kesemrawutan dan kemacetan kendaraan di jalanan yang merupakan satu-satunya jalan menuju pulang ke rumah. Sekitar jam17.30 aku baru sampai di rumah, sambil bercengkerama dengan si bontot yang masih TK kecil sesekali aku menikmati hiburan Jejak Petualang. Tiba-tiba ponselku bordering, ada sahabat dari seberang yang mencoba menyapa dan berkelakar via smsnya, aku lirik jam dinding yang ada di buffet atas TV menunjukkan pukul 18.25 bersamaan dengan berakhirnya kumandang Adzan Maghrib. Aku mencoba membalas sms sahabatku tadi. Mendadak tangan kiri saya gemetar hebat serasa tak ada lagi daya dan kekuatan walau hanya sekedar untuk menekan tombol-tombol ponsel, seketika itu aku mencoba beranjak dari tempat duduk dan kedua kakikupun mengalami hal yang sama, gemetar dan rasanya tak kuasa lagi aku untuk berdiri; badanku terasa lemas, lunglai dan tenagapun mendadak luruh serasa hilang dari jasad ini. Ya Tuhanku baru pertama kali ini aku mengalami hal yang serpeti ini, badan sama sekali luruh, lunglai tiada berdaya. Kalau memang Engkau harus mengambil nyawaku sekarang aku sudah siap untuk menghadap Engkau Ya Illahi Robbi.. begitu sikap pasrah yang muncul dari dalam sanubariku tanpa bisa aku bendung.

Aku mencoba untuk tenang sambil duduk kembali di kursi, sempat terlontar kata-kata kepada isteriku yang pada waktu itu lagi berada di dapur mengambilkan makanan untuk si kecil yang berada disampingku, "Bu, kenapa tubuhku kok mendadak lemas dan serasa lunglai seperti ini?" isteriku sambil menoleh tanpa mengucapkan sepatah katapun dengan asyiknya mengambilkan lauk pauk buat si kecil dan, saat itupun aku merasa bahwa aku akan meninggal barang kali.

Dengan langkah gontai yang aku paksakan, aku mencoba ke kamar untuk mengambil handuk dan langsung ngeloyor dan merambat dinding menuju kamar mandi yang kebetulan letaknya bersebelahan dengan kamar tidur untuk mengambil wudhlu. Saat dalam kondisi ketiada berdayaan ini akupun sudah merasa yakin bahwa hidupku memang sudah dalam hitungan menit, detik saja sepertinya. Aku mencoba menguatkan untuk berdiri mengayunkan tangan sebisa-bisanya bertakbir pada sang Khaliq melaksanakan shalat Maghrib. Rakaat demi rakaat terlampaui dengan kondisi gerakan yang serba tak menentu, tapi biarlah yang penting aku masih diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang aku bisa dan mampu untuk menjalankannya dalam mengingat dan menyebut Asma-Nya.

Usai salam, dengan kepasrahan total aku menyerah kepada-Nya, apapun yang Engkau kehendaki Ya Illahi Robbi aku sudah siap untuk menerima apapun peristiwa yang terjadi padaku, aku sadar dalam ketiada berdayaan ini, ternyata hanya Engkaulah yang Maha Gagah dan Perkasa untuk berbuat sesuatu terhadap semua ciptaan-Mu, sementara aku kini dalam keadaan luruh, lemas dan lunglai tiada berdaya kecuali yang aku bisa
hanya menyebut-nyebut kebesaran Asma-Mu yang Maha Suci dan Maha Agung. Dalam duduk Tawarruk akupun lanjutkan mengheningkan DIRI dalam balutan Asma-Nya seperti kebiasaanku selama ini hingga tibanya waktu Isa yang selalu aku lazimkan.

Mendadak aku terjaga kembali dari keheningan dan kepasrahan antara hidup dan matiku atas Kuasa-Nya, karena si kecil rupanya telah membangunkan aku sekitar pukul 20.30 wita. Rupa-rupanya sudah 2 jam aku telah berada dalam kondisi entah apa namanya yang jelas aku merasa lenyap dalam KETIADAAN RASA.

Langsung saja aku peluk erat si kecil dan rupanya memang aku tidak bermimpi sepertinya dan… Duh Gusti Kang Murbeng Dumadi, ternyata aku masih Engkau berikan kesempatan untuk bisa menghirup nafas kehidupan. Aku tidak jadi meninggal seperti yang aku bayangkan sebelumnya padahal saat itu aku telah menyerahkan hidup dan matiku dengan Pasrah, Ikhlas dan Ridho kepada-Mu jika itu yang memang harus terjadi menimpaku.
Tapi, rupanya Engkau telah menentukan dan memilihkan jalan lain untukku. Sungguh Engkau memang sama sekali tidak bisa dijangkau oleh sang PIKIRAN.
Engkau Jauh tetapi tak ada Jarak dan Engkaupun Dekat, tetapi tak bisa diraih.

Engkaulah Yang ADA tetapi sejatinya TIADA dan........
Engkaulah Yang TIADA tapi sejatinya ADA.


Salam

Kariyan
dari Padepokan Borneo Timur

21 November 2007

TANGGALKAN TEROMPAHMU


Mencermati judul diatas, sejenak pikiran kita akan mencoba menerawang kembali kepada sebuah kisah tentang sejarah perjalanan Nabi Musa ketika menerima “ Wahyu “ dari Tuhan Pencipta langit dan bumi di Lembah Thuwa.

Menelisik sejarah perjalanan rohani Nabi Musa yang telah berguru kepada Nabi Syueb yang tak lain adalah mertuanya sendiri selama kurun waktu sekitar 10 tahun. Pengabdian total kepada sang Guru Nabi Syueb yang diwujudkan dalam bentuk mengembalakan domba-domba mertuanya selama kurang lebih 40 tahun merupakan perjalanan spiritual dengan meluruhkan sifat “ EGO “ dihadapan sang Guru Nabi Syueb. Hilang sudah segala sifat yang dimiliki Musa pada fase “ FANA dalam DIRI “.
Dalam perjalanan mengembala domba-domba, Musa beserta keluarganya sampai di Gunung Sinai dan melihat Api yang menyala di gunung itu, maka Musa ingin mencari sumber api itu untuk menghangatkan tubuh keluarganya yang sedang kedinginan. Dalam bahasa Al Quran api disebut dengan kata “ NAR “ yang ternyata api itu tidaklah membakar semak-semak berduri. Tanpa mempermasalahkan sebutan tentang api yang menyala yang seolah membakar semak berduri. Saya mencoba memahaminya nyala api itu sebagai “ CAHAYA “ alias Nur. Jadi yang Nampak oleh Musa pada saat melihat api itu hanyalah CAHAYA… Makanya, ketika Musa secara kasad mata melihat bahwa semak berduri itu tidaklah terbakar oleh nyala api fisikal.
Saat Musa mendekati nyala api itu semakin dekat, Musa mendengarkan suara dibalik api itu sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah teks book Kitab Suci QS. Thaahaa. 11 – 14 :

“ Maka ketika ia datang ketempat api itu ia dipanggil : “ Hai Musa “. Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan. Sesungguhnya Akumini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka mengabdilah ( sembahlah ) Aku, dan dirikanlah shalat untuk berdzikir ( mengingat ) kepada Aku “.

Setelah cahaya itu diperhatikan dengan seksama dengan penuh kesadaran DIRI, ada perintah yang diterima Musa ialah menanggalkan “ kedua Terompah “ atau alas kakinya. Apa makna yang tersirat dari yang tersurat tentang terompah disini…??. Jika yang dimaksud terompah adalah berupa alas kaki yang sebenarnya dalam bentuk dan wujud fisik ( materi ), maka sebenarnya tak ada alasan lagi untuk dilepaskan. Bukankah pada saat itu telah disebutkan bahwa Musa telah berada di lembah Suci Thuwa..?.
Artinya, Terompah itu mau dilepaskan atau tidak toh tetap saja Musa dan Terompahnya tetap berada di tempat yang Suci..ya..nggak..ya nggak…!!.
Dari rangkaian 4 ayat di atas, sebenarnya telah dijelaskan bahwa Terompah itu dilepaskan karena Tuhan telah memilih Musa agar dapat mendengarkan apa-apa yang diwahyukan Tuhan kepada Musa. Terompah macam apa sih kok bisa menghalangi suara Tuhan jika Terompah tersebut tetap dipakai oleh Musa…?. Bukankah Musa telah mendengarkan perintah Tuhan pada panggilan yang pertama kalinya yang pada saat itu Musa masih memakai Terompahnya…?.

Mari kita cermati, pikirkan dan renungkan bersama-sama….!!
Kita perhatikan sekali lagi, perintah bahwa Terompah harus dilepaskan agar Musa dapat mendengarkan apa-apa yang diwahyukan oleh Tuhan kepadanya. Apa hubungannya sepasang Terompah dengan Wahyu Tuhan yang akan disampaikan kepada Musa…?.
Berbagai penafsiran dalam memahami ayat ini, banyak para sufi ingin tahu makna dibalik menanggalkan Terompah. Ada yang memahaminya Terompah itu sebagai wujud “ HARTA BENDA, Keluarga “ atau segala bentuk wujud fisik dan materi lainnya. Bukankah keluarga dan domba-dombanya telah ditinggalkan pada saat Musa menghampiri nyala api di lembah Thuwa…?. Dan, Bukankah Musa pada saat itu juga masih memakai baju dan tongkat yang menyertainya…?.
Jika perintah untuk melepaskan sepasang Terompah kita pahami sebatas wujud benda fisik dan meteri, rasanya kok belum pas yah…
Lalu apa sebenarnya makna yang bisa dipahami untuk mendekati ketepatan yang tersirat…?.
Bagaimana kalau perintah untuk melepaskan sepasang Terompah tadi kita maknai sebagai wujud “ KEBERADAAN yang FANA ….? “ yakni menanggalkan segala bentuk ke-AKUAN yang ada dalam DIRI Musa baik itu berupa AKAL PIKIRAN dan NALURI. Yah…FANA merupakan suatu keadaan seseorang yang sudah tidak lagi menginginkan “ HASRAT “ keutamaan keindahan, gemerlapnya dunia dan kenikmatan di akhirat.
Seseorang yang sudah berhenti pada stasiun FANA telah berada pada fase kondisi dan keadaan “ Lebur dan Lenyap dalam KEHAMPAAN “ yang ada hanyalah Allah sang Raabul Alamin. Untuk mencapai FANA ini, seseorang haruslah MENGOSONGKAN DIRINYA dari segala macam bentuk ke-AKUAN ( sepasang Terompah ) yang melekat dijasad fisiknya, yaitu MENGOSONGKAN HATI ( batin ) dari berbagai hasrat KEINGINAN LAHIRIAH dan MENGOSONGKAN PIKIRAN daripada khayalan dan lamunan serta impian yang tak terkendali dalam meraih perhiasan duniawi sebagai tujuan pokokrus dilakukan Musa, agar sura-suara Tuhan tadi dapat diterima dengan KEKOSONGAN HATI dan PIKIRAN dari hasrat dan ilusi yang digambarkan dalam bentuk “ KIASAN “ sebagai wujud sepasang Terompah.

Hati yang suci dan pikiran yang bersih, merupakan cerminan bagi Sang ILLAHI. Hanya dalam hati yang suci dan pikiran yang bersihlah QALAM Illahi akan dapt terukir dan terekam dengan sejelas-jelasnya. Dalam keadaan seperti itu segala kehendak-Nya akan dapat terbaca dan didengar jika kita telah melepaskan Terompah kita yang berupa “ Pengosongan HATI dan PIKIRAN “ agar Firman, sabda atau wahyu Tuhan yang disampaikan kepada kita.

Fana dalam penyatuan DIRI dengan Allah itu hanya berhasrat kepada-Nya, tidak perduli lagi dengan gemerlap dan keindahan duniawi dan akhirat. Pada tahapan ini seorang pejalan spiritual ( rohani ) akan melepaskan “ KESADARANNYA “ terhadap keadaan Fana. Ia akan melepaskan KETERIKATANNYA dengan Fana. Yang pada akhirnya terbebaskan dari tingkatan dan maqam Fana menuju pencapaian keadaan “ PENIADAAN atas KETIADAAN “ yang ADA hanyalah DIA Yang Maha Mutlaq, Dial ah Tuhan Al Haq. Fana dalam kehampaan, dan tiada lagi suatu apapun yang berdiri tegak disamping-Nya, yang ADA hanyalah Wajah Yang Maha Suci dan tiada lagi yang KEKAL ABADI selain Wajahnya Yang Maha Mulia dalam balutan Wujud Dzat-NYA.

17 November 2007

KU BERSIMPUH BERMUNAJAD SEORANG DIRI


Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Perlihatkanlah padaku dalam Engkau membolak-balikkan hatiku dan saksikanlah padaku dalam Engkau mencurahkan asuhan, dan wujudkanlah daku dengan-MU dikala Engkau memperlihatkan, sehingga jangan menjadi atasku selain-MU itu berupa
“ Ketuhanan Hukum, Kependetaan Ilmu dan bahkan Makna Nama “ sekalipun.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…
Engkau Maha Mengetahui terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan…??
Engkau Maha Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa Engkau jadikan daku…?
Engkaulah Ya…Maulaya nan Maha Kaya dan tidak memerlukan daku, bagaimana engkau memperlakukan daku sedangkan Engkaulah Tuhanku.
Engkau Maha Penyayang dari segala penyayang, bagaimana Engkau membolak-balikkan daku…?.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Gusarkalah daku dari segala sesuatu yang membuatku jinak terhadap kenikmatan-kenikmatan-MU, tunjukilah daku dalam semua kenikmatan-MU wajah-wajah para pengenal-pengenal-MU.
Pimpinlah daku dalam MAKRIFAT-MU dengan Ilmu-ilmu ketuhanan-MU, dan perlihatkanlah padaku “ Nur Cahaya-MU “ dengan bimbingan petunjuk-MU.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Telah berkuasa dan Mulia sifat-sifat-MU atas huruf, abjad, kata, kalimat dan lafadz para pengucap, dan telah meninggi “ Dzikir-dzikir “ Taqdis-MU atas pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah makhluk-makhluk yang dapat mentasbihkan-MU melainkan tasbih-MU jua yang lebih besar.
Tiadalah terjangkau “ HAYAL “ untuk memuja dan memuji-Mu melainka pujian-MU jua yang lebih Agung.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Telah surut dan luruh kembali segala makrifat-makrifat dihadapan Makrifat-MU dengan keheran-heranan, dan kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati dihadapan keindahan dan ke Agungan-MU dengan keletihan dan kepayahan.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Aku berlindung dengan-MU daripada mengetahui suatu Ilmu melainkan demi pada-MU, menginginkan suatu Ilmu kecuali demi untuk-MU, melakukan suatu amal melainkan demimuntuk wajah-MU dan menuju suatu jurusan kecuali demi dalam KETAATAN pada-MU.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Sungguh aku berlindung dengan-MU daripada berusaha, kecuali dalam mengharap keridhaan-MU.
Sungguh aku berlindung dengan-MU dikala aku membolak-balikkan hati diatas kesadaran gundah gulanaku, kecuali dengan rasa penuh cintaku pada-MU.
Sungguh aku berlindung dengan-MU dikala nanar mataku menatap nyata yang ada, kecuali untuk melihat Ayat-ayat-MU.
Sungguh aku berlindung dengan-MU daripada mengarahkan telingaku, melainkan hanya untuk menyimak segala Peringatan-MU.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Sungguh aku berlindung dengan-MU daripada menggunakan pikiran, kecuali dalam meninggikan Asma, Sifat dan Af’al-MU.
Sungguh aku berlindung dengan-MU daripada melaksanakan suatu kemauan keras, kecuali
Di jalan lurus lorong-lorong-MU.
Sungguh aku berlindung dengan-MU ketika kuberbagi pada sesama, kecuali
Karena wujud syukurku dalam hak-MU.

Sungguh aku berlindung dengan-MU saat kupasrahkan kembali jiwaku, kecuali demi keinginan tuk manunggal dalam Zat-MU.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…
Engkau Maha mengetahui akan ilmu ( SYARIAT ) dari segala sumber, tetapi SEJATINYA SYARIAT itu tidaklah dapat mengetahui-MU.
Engkau Maha mengetahui akan THAREKAT yang terjal dan berliku, tetapi SEJATINYA
THAREKAT itu tiadalah dapat menjangkau-MU.
Engkau Maha mengetahui akan HAKIKAT dari segala keberadaan dan kenyataan, tetapi SEJATINYA HAKIKAT itu takkan dapat pula menjumpai-MU.
Dan Engkau Maha mengenal akan MAKRIFAT, tetapi SEJATINYA MAKRIFAT itu tiadalah juga dapat mengenal-MU.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Sesungguhnya Syariat, Tharekat, Hakikat dan Makrifat telah “ LEBUR dan LENYAP “ Fana dalam kehampaan, dan tiada lagi suatu apapun yang berdiri tegak disamping-MU, yang ADA hanyalah Wajah Yang Maha Suci dan tiada lagi yang KEKAL ABADI selain Wajahnya Yang Maha Mulia dalam balutan Sang Wujud Dzat-NYA.

Duh…Gusti Kang Hakaryo Jagad…

Engkau bukti dari seluruh segala pembuktian-pembuktian-MU, dan Engkaulah penerang atas segala penerang-penerang-MU serta seluruh Ayat-ayat-MU yang telah nyata nampak terhampar dan bertebaran di muka bumi ini sebagai “ TANDA-TANDA “ semua kejadian.

08 November 2007

DAJJAL itu ada di Dalam DIRI-ku..DIRI-mu dan DIRI-kita


Oleh : Kariyan

Sore itu ketika aku berdialog dengan seseorang yang bernama Mas P. tentang isu-isu beredarnya kabar burung adanya seseorang yang tinggal di India bernama Sathya SAI BABA yang diidentikkan dengan keberadaan pemunculan sang “ DAJJAL “ perusak tatanan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Sebagai orang yang sangat awam malah cenderung “ KUPER “ saya mencoba memahami kata DAJJAL yang entah dari mana asal muasalnya dan siapa yang telah memberikan sebutan itu, bagi saya tidaklah menjadi penting. Dalam segala keterbatasan yang saya miliki, saya mencoba memaknai DAJJAL merupakan sosok atau keberadaan suatu kepribadian SISI GELAP atau sifat BURUK yang ada dalam DIRI manusia. Sedangkan Isa yang konon sebagai KESATRIA yang memerangi sang DAJJAL, saya pahami sebagai SISI TERANG atau sifat KEBAIKAN yang juga ada dalam DIRI setiap manusia.

Kenapa saya memberikan analog dan mencoba memahami dari suatu keberadaan “ sisi BURUK dan KEBAIKAN…?”, karena saya tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang terkosentrasi kepada wujud JASAD, FISIK dan MATERI yang seolah-olah Dajjal sebagai orang buruk rupa, tubuhnya pendek, kakinya timpang ( pengkor ) dan berambut kribo seperti yang dijelentrekkan dalam buku-buku cerita, sedangkan Isa digambarkan sebagai sosok Nabi Isa yang telah terlahir kembali ke Bumi untuk memerangi Dajjal demi keselamatan Umat Manusia di Bumi ini.

Jika kita mau mencoba mencermati, mengamati dan menganalisa bebagai kejadian seperti belakangan ini, sekarang ini… di Bumi Pertiwi ini, seluruh sendi-sendi kehidupan umat manusia sudah dipenuhi sang DAJJAL-DAJJAL yang sudah menyelinap di berbagai kisi-kisi kehidupan. Mulai yang di Legislatif, Yudikatif, DPR sampai aparat paling bawah tak terkecuali dengan masyarakatnya ( hik...termasuk orang seperti saya juga yang berada di dalamnya ) merupakan PENGEJAHWANTAHAN dari keberadaan DAJJAL itu sendiri dan ini sama sekali TIDAK ada keterkaitannya dengan label formalitas AGAMA. Karena DAJJAL juga sudah ada dalam maupun di luar SISTEM AGAMA itu sendiri....!!. Hanya orang-orang yang JUJUR pada DIRI SENDIRI...orang yang menjadi DIRINYA SENDIRI...orang yang MENGENAL DIRINYALAH yang sanggup MEMERANGI dan MENGALAHKAN sang DAJJAL....!! Karena orang yang telah mengenal DIRINYA merupakan pancaran sisi KEBAIKAN yang memiliki KEPRIBADIAN LUHUR. DAJJAL itu sama dengan " EGO, NAFSU " ketamakan dan kerakusan tidak terkendali yang terbungkus dalam berbagai KEPENTINGAN baik kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan atau kelompok.

Akan sangat lucu jika kita TERJEBAK dan TERPERANGKAP bahwa DAJJAL kita maknai berupa sosok WUJUD MANUSIA....
Kenapa...?? yah...seperti apa nanti kenyataan dan kejadiannya DAJJAL berkelahi dengan ISA...Akan banyak timbul pertanyaan seperti ini...Dimanakah Nabi Isa turunnya nanti...?? dimana berkelahinya...??? Pakai senjata atau PUKUL-PUKULAN...??? Kali-kali kayak WESTERLING gituh banting-bantingan atau adu jotos pakai SARUNG TINJU...wah repot deh..., cape’ deh ....!!" karena menurut cerita-cerita dibukupun kan tidak dijelas secara gamblang...dan itupun merupakan hasil dari akal-akalan pikiran manusia juga yang kesemuanya serba RELATIF kebenarannya. Hik...lah wong sekarang ini saja ada yang mencoba mengatakan dan percaya akan adanya NABI/RASUL BARU harus diuber-uber “ petinggi Agama “ kok, apatah lagi jika suatu saat nanti ada seseorang yang nekad MENGIKRARKAN dirinya sebagai Nabi ISA turun dari langit yang terlahir kembali di Bumi untuk memerang sang DAJJAL....lah..lah...apa gak digebukin kayak maling Ayam oleh para santri-santri bergamis.

Rasanya dengan memahami akan keberadaan DAJJAL dan Isa Al Masih sebagai suatu kepribadian BAIK dan BURUK yang terlahir bersama FITRAH yang ada dalam DIRI-KU, DIRI-MU dan DIRI-KITA sendiri akan menjadikan kita untuk terus menjadi manuasia yang selalu AWAS, WASPADA dan selalu MAWAS DIRI dengan tak henti-hentinya melakukan INSTROPEKSI DIRI untuk melihat segala bentuk KEKOTORAN yang selama ini melekat di hati kita.

Dari sinilah akan menimbulkan kebijaksanaan kepada kita, bahwa segala bentuk peristiwa yang terjadi di hamparan Jagad Raya ini merupakan KODRAD dan IRODAH Tuhan pencipta Alam Semesta.

Salam

Kariyan
dari Padepokan Borneo Timur

05 November 2007

IBADAH KEPADA SANG KHALIQ


Jika kita mendengan kata “ ibadah “ maka yang tertangkap oleh pikiran kita adalah sebuah tindakan ritual formal agama. Kalau ada seseorang yang tidak melaksanakan ritual formal secepat kilat orang akan menilai bahwa orang itu tidak “ beribadah “. Jangan heran kalau jaman sekarang ini trelah menjamur formalitas dalam kehidupan. Kita takut difonis kafir, murtad maka, rajinlah kita pergi berbondong-bondong menuju sebuah tempat ibadah hanya untuk melaksanakan perintah. Baik itu perintah yang bersumber dari Hadis ataupu teks book Kitab Suci. Tetapi kezaliman dalam bentuk perbuatan keji dan mungkar, korupsi, kolusi dan saling curiga terhadap orang/agama lain tetap berlenggang kangkung alias jalan terus. Atmosfir yang berkembang belakangan di negeri ini, telah mengisyaratkan bahwa dalam menganut sebuah agama ( kepercayaan ), suatu kelompok/golongan tertentu dengan jumlah umat yang besar mencoba memaksakan kehendaknya kepada yang lain dengan mengutamakan “ KESATUAN “ dari pada “ PERSATUAN “. Adanya indikasi pergeseran perilaku untuk memaksakan “ KESERAGAMAN “ daripada “ KEBERAGAMAN “ dalam menjalankan agama atau kepercayaan kelompok/golongan telah menguatkan pendapat dan pemahaman saya pribadi selama ini, bahwa bangsa ini dalam menjalankan “ IBADAH dan BERAGAMA “ perlahan tapi pasti telah menjadi suatu kelompok/golongan masyarakat yang “ HEDONISME “ alias MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSUNYA , ketimbang mengedepankan SIKAP saling mengormati dan saling menghargai antar sesama pemeluk agama ( kepercayaan ). Akibatnya bisa kita lihat sadar atau tidak, mau jujur atau tidak kegiatan ritual agama hanyalah merupakan kegiatan FORMALITAS dan SEREMONIAL yang KOSONG dari MAKNA…

Bukan “ Inti saripati “ Ibadah yang subur, melainkan sebuah
“ Ibadah Upacara …!!”.

Ibadah Shalat

Shalat berfungsi untuk manghasilkan zikir ( ingat ) kepada Tuhan. Bila kita sudah bisa berzikir, maka setiap langkah perbuatan kita pasti didahului oleh zikir kepada Tuhan agar kita dapat melangkah dan bertindak dengan benar dalam hidup ini. Setiap selesai berbuat atau melakukan sesuatu kita lantunkan zikir memuji kepada-Nya seperti ungkapan hati Alkhamdulillah. Jadi, setiap perbuatan atau tindakan selalu diawali dan diakhiri dengan zikir. Hal ini dimaksudkan agar langkah kita tetap berada jalan yang lurus yaitu jalan kebenaran. Shalat itu sendiri mempunyai tujuan untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar jika pelaksanaannya betul-betul membuahkan hasil yaitu dalam setiap perbuatannya selalu mengingat Tuhan. Seseorang dikatakan terbebas dari perbuatan dan tindakan keji bila ia sudah tidak lagi melakukan perbuatan memalukan.

Tidak lagi melakukan perbuatan menjijikkan. Ia bebas dari perbuatan dan tindakan mungkar bila ia tidak melakukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Adanya perintah yang bunyinya demikian “ sholatlah kalian seperti sholat yang Aku lakukan ( contohkan ) “. Secara kasad mata sangat mudah sekali kita meniru-niru gerakan sholat yang dilakukan Nabi, karena anak kecil saja akan mudah menirunya, namun apakah kita tahu apa yang bersembunyi dibalik “ Aku “ nya Nabi yang sesungguhnya....?. Kita melakukan ibadah sholat karena meniru Nabi secara FISIK mulai dari gerakan-garakannya dan bacaan-bacaan sholat tapi ESENSI dari ibadah sholat yang sesungguhnya “ untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar “ menjadi BIAS dan KABUR. Karena perilaku peniruan yang dilakukan bersifat “ kuantitas “ bukan peneladanan yang “ berkualitas “.

Hal Inilah terkadang malahan kita abaikan dalam setiap melaksanakan ibadah shalat substansi atau esensi daripada shalat sendiri menjadi sering hilang dari ingatan dan tujuan kita. Ibadah shalat yang kita lakukan hanyalah sebuah RITUAL keagamaan yang sasaran utamanya adalah akarena adanya iming-iming “ PAHALA dan jaminan tiket untuk MASUK SURGA “ bagi yang melaksanakannya. Jika kita mau mencoba menelisik secara mendasar tentang shalat, sebenarnya terkandung suatu makna yang memposisikan diri kita sangatlah kecil, kotor dan penuh kesalahan, maka pada awal mula didahului dengan “ Takbir “ yang secara implisit mengandung kesadaran diri adanya “ PERNYATAAN dan IKRAR “ bahwa Tuhanlah yang Maha Besar dan Maha segala-galanya sementara kita-kita ini hanyalah makhluk ( hamba ) yang sangat kecil dan tiada berdaya. Pada pertengahan shalat ada kesadaran untuk PASRAH, kita memasrahkan diri kita kepada sang Khaliq dengan ungkapan bahwa, Inna Shalati, wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati lillahi robbil alamin “. Kepasrahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah adanya bentuk aksi dan tindakan melakukan perbuatan dalam wujud karya nyata, jadi kita memang dituntut untuk AKTIF dalam segala bidang mengisi kehidupan ini yang kesemuanya hanya karena Tuhan semesta alam, bukan kepasrahan dalam bentuk PASIF yang hanya semata-mata menjalankan perintah shalat hanya untuk keinginan dan kepentingan pribadi kita berupa harapan untuk mendapatkan PAHALA dan SURGA nantinya.

Jika demikian yang kita pahami, rendah betul kwalitas kita sebagai manusia yang telah mendapatkan amanah sebagai “ KAHALIFAH “ di muka bumi ini. Andai saja kita menyadari akan peran kita sebagai Khalifah di bumi ini. Apa sih tugas dan funsinya….?. Mari kita renungkan bersama-sama kalimat pada akhir shalat ditutup dengan sebuah perintah “ Keselamatan, Rahmad dan Berkah “ untuk siapakah sebenarnya perintah salam ini…??. Untuk diri kita pribadikah atau untuk orang lain…??. Jelas sekali bahwa perintah tersebut adalah untuk kedua-duanya. Kita manusia dituntut untuk menjadi bagian dari alam semesta ini yang merupakan hubungan sebuah “ EKOSISTEM “ bahwa antara yang satu dengan yang lainnya harus saling MENGUNTUNGKAN ( memelihara ) dan jangan sampai saling MERUGIKAN ( merusak ).

Ibadah shalat, ternyata menyadarkan kepada kita untuk menjadi bagian dari alam ini untuk saling MELAYANI satu sama lain. Jadi PENETRASI dari ibadah shalat sebenarnya adalah merupakan “ PESAN MORAL dalam bentuk PENGORBANAN “ yang tertuang ada pada akhir shalat yah…SALAM itu sendiri yang harus dilakukan oleh manusia untuk memberikan KESELAMATAN, RAHMAD dan BERKAH kepada sesama makhluk ciptaan-Nya.
Kebanyakan dari kita dalam mengerjakan ibadah shalat karena TIDAK LEBIH dari hal-hal sebagai berikut :

1. Karena perintah Kitab Suci, inilah yang dinamakan IBADAHNYA BUDAK.

2. Karena mengharapkan PAHAlA dan SURGA, inilah yang dinamakan IBADAH DAGANG.

3. Karena ketakutan masuk NERAKA, inilah yang dinamakan IBADAH KETAKUTAN.

Yang pada akhirnya kegiatan ritual keagamaan ( ibadah shalat ) yang kita laksanakan hanyalah berupa kegiatan rutinitas, formalitas dan seremonial yang wujudnya “ kosong dari makna “.

Ibadah Puasa

Puasa merupakan upaya untuk mengekang segala keinginan kita yang tak terkendali, baik yang melalui fisik maupun psikis. Tidak makan dan minum serta bersetubuh dalam waktu tertentu dimaksudkan untuk mengendalikan keinginan kita yang berlebihan. Dalam puasa hati kita harus dibersihkan dari berbagai kotoran batin seperti kekesalan, kekecewaan, dendam, iri hati, kebencian dan segala ucapan yang sia-sia. Puasa juga berfungsi untuk meredam segala keinginan yang bersifat “ batiniah “.Kembali pada masalah PUASA, hakikat puasa adalah KEJUJURAN dari si pelaku puasa itu sendiri. Tulus tampa pamrih adalah wujud kejujuran seseorang. Orang yang jujur adalah orang yang BERANI MEMBUKA TOPENG dirinya sendiri, orang yang berani MAWAS diri, bukan sekedar memperelok diri tetapi BERANI MELIHAT segala KEKOTORAN yang melekat di HATINYA.

Tujuan puasa adalah “ menjadi orang yang BERTAQWA. Orang yang senantiasa menjaga dirinya pada jalan yang benar. Orang yang senantiasa mengawasi dirinya sendiri. Orang yang berani membuka kedoknya sendiri. Orang yang mampu mengendalikan EGONYA.

Puasa adalah sarana untuk menahan HAWA NAFSU. Hasil puasa yang benar adalah menjalani kehidupan dengan tenang, tidak emosional. Dalam pengetian puasa tercakup juga upaya-upaya untuk menahan hawa nafsu dalam hidup sehari-hari. Usaha untuk mewujudkan perilaku yang MAKRUF dalam kehidupan.

Jadi prinsipnya Puasa itu sangat baik bila mana dilakukan dengan TULUS. IKHLAS dan dengan penuh KEPASRAHAN. Apapun namanya tidaklah menjadi penting. Mau dinamakan puasa Romadhan, puasa senin kamis, puasa nabi Daud, puasa mutih sekalipun bila tujuannya adalah untuk PERBAIKAN DIRI kenapa tidak…?. Puasa dengan tujuan mengendalikan emosi dan hawa nafsu, jika diumpamakan laut, deru ombak mereda. Airnya tenang dan jernih. Ika yang berseliweran di dalamnya tampak jelas. Hati dan pikiran yang tenang bisa membuat DOA yang dipanjatkan TERKOSENTRASI. Kata-kata yang ada dalam kalimat TERESAPI. Daya dari pengucapan doa bangkit dan doa menjadi nyata, maka datanglah rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Jadi tolok ukur puasa adalah bukan pada pelaksanaan puasanya melainkan bagaimana hasil dari LAKU puasa itu sendiri.

Ibadah Zakat

Zakat pun dimaksudkan untuk menghilangkan sifat kekikiran. Dengan berzakat, pikiran kita dilatih untuk memperhatikan kepentingan dan kebutuhan orang lain. Dengan berzakat, kita dilatih untuk mengurangi keinginan kita dan menolong orang lain yang berada dalam kepapaan. Tentu saja, zakat di alam modern ini haruslah dikelola secara profesional hingga dihasilkan manfaat yang lebih besar. Zakat jangan hanya dipahami sebagai bentuk pengeluaran atas sebagian harta kekayaan yang kita miliki selama satu tahun telah sampai pada batas nisabnya. He..he..sangat lucu sekali jika kita masih memahaminya demikian, kita memberikan pajak uang kok harus menunggu satu tahun lagi. Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang kelihatan dimata kita sedang kelaparan dan kesusahan…??. Menolong orang untuk bisa mendapatkan pekerjaan, menolong orang yang lagi mengalami kekurangan, mengajak orang untuk bekerja disawah, di lading kita, lalu mereka-mereka mendapatkan bagian hasil dari jerih payahnya, inilah yang dinamakan ZAKAT…!!. Jika kita mau betul-betul menghayati adanya perintah ZAKAT dalam teks book Kitab Suci, besaran ukuran prosentase sebesar 2,5 % dari harta yang kita miliki, yah jelas-jelas tidak ada dalam teks book Kitab Suci. Model prosentase ZAKAT yang dikenalkan dan dipraktekkan oleh Nabi dengan tujuan untuk memberikan solusi perekonomian yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kultur budaya di Timur Tengah pada saat itu.
Sebagai contoh kecil saja di Negara kita ini, para petani yang nota bene selalu dalam posisi serba sulit dan susah diakal-akali oleh tengkulak harus dikenakan pajak 5 % yang lebih berat dari pada jasa perdagangan yang hanya 2,5 %. Padahal faktanya 2,5 % akan serasa kecil sekali bagi mereka-mereka yang berprofesi sebagai Konsultan, Dokter, Pariwisata, Infotainment semacam raja “ LAP TOP “ si Tukul Arwana atau para artis-artis di negeri ini. Bahkan bila kita melihat adanya system pajak sekarang ini, potongan pajak dari hasil kerja ( gaji ) mulai sebesar 10 % hingga 30 %, maka makna ZAKAT pada kondisi sekarang ini menjadi KEDALUWARSA kan…??.

He..he..pasti anda akan bertanya, lah, PAJAK dan ZAKAT kan beda…??. Lantas apa juga bedanya Sedekah, Infaq dan ZAKAT…??. Hemm..hemm.. itu kan hanya SIMBOL-SIMBOL hanya masalah cara dan aturannya saja yang bikin beda….lagian itu semua kan hasil AKAL-AKALAN PIKIRAN manusia, padahal intinya sama-sama mengeluarkan uang, PENGORBANAN materi…untuk membantu sesama..!!. Dan, seharusnya tanpa ada lagi ikatan apapun dalam pelaksanaannya.

Namun kenyataannya sekarang ini, banyak tempat-tempat ibadah yang secara tidak sadar sudah membuat BIAS dan KABUR dalam mengelola ZAKAT yang telah diberikan pemberi ZAKAT dengan aturan-aturan dan POLA-POLA tertentu, misalkan saja dalam bentuk SIMPAN PINJAM dari hasil uang zakat yang sudah terkumpul MILYARAN rupiah dalam bentuk SALDO.

Padahal semestinya uang tersebut haruslah tersalurkan langsung pada yang berhak untuk menerimanya, baik itu kepada anak yatim piatu, para fakir miskin maupun kaum du’afa bisa dalam bentuk biaya pendidikan, modal usaha ( bukan pinjaman ) bagi yang masih produktif dan bentuk bantuan langsung berupa sandang pangan bagi yang sudah tidak lagi produktif.

Zakat merupakan wujud karya nyata manusia dalam pengabdian kepada Tuhan semesta alam, yaitu mengabdi dalam artian melayani Tuhan…!!. Melayani Tuhan itu wujudnya yah…harus melayani sesama makhluk dengan bentuk pengorbanan MORIL dan MATERIIL tanpa PAMRIH lagi…!!. Yah, semata-mata karena mengharap ridho sang Illahi Robbi dan merupakan kosekwensi logis sebagai Wakil-NYA di bumi ini.

Ibadah haji

Berhaji ke Mekah pun dimaksudkan untuk menjadi manusia yang hidup “ sosialistik dan egaliter “, hidup setara dan sederajad terhadap sesama. Dengan berhaji kita dilatih untuk membangkitkan rasa solidaritas dengan orang-orang fakir dan miskin. Kita dilatih untuk menghargai kehidupan, mengupayakan perdamaian dan menjauhkan diri dari pertikaian. Haji merupakan olah spiritual untuk mencapai kayakinan hidup yang hak, yaitu berani dan sanggup mati dalam kebenaran, serta sabar dan ikhlas menjalani hidup di dunia ini. Apa artinya berani dan sanggup mati dalam kebenaran...?. Ialah keberanian dan sanggup memilih jalan yang benar. Berani dan sanggup untuk hidup “ bersahaja dan bersih “ dari segala perbuatan yang tercela dan mungkar. Hati bebas dari kedengkian, dendam, kikir, dan tamak. Untuk membebaskan hati dan pikiran dari kotoran, diperlukan kesabaran. Sabar memiliki makna adanya daya juang dan tidak mudah menyerah dalam upaya mencapai tujuan. Dengan kata lain tegar dalam perjuangan hidup yang benar. Dlam kesabaran terdapat usaha untuk menjaga keharmonisan hidup yang benar. Tidak mau menang sendiri dan tidak mau menyerobot hak orang lain. Mempertahan dan memperjuangkan hak hidup tanpa harus mengorbankan orang lain.

Dalam ibadah haji, semua bentuk usaha menciptakan keberanian dan kesanggupan untuk mati serta sabar, diwujudkan dalam simbol-simbol pada pelaksanaan haji tersebut. Kesanggupan hidup bersahaja dilambangkan dengan memakai baju “ Ihram “ yang sangat sederhana, yaitu pakaian putih tanpa jahitan. Ihtiar manusia untuk mempertahankan hak hidupnya dilambangkan dengan “ SA’I “ berjalan kaki dan lari kecil bagi laki-laki ( jalan cepat bagi kaum perempuan ) bolak-balik sampai 7 kali dari bukit “ Shafa “ ke bukit “ Marwah “. Tujuan manusia mencapai titik spiritual dalam kehidupan ini dilambangkan dengan “ Thawaf “, mengelilingi Ka’bah dari arah kanan ke kiri sebanyak 7 kali. Upaya untuk menjaga keharmonisan alam dilambangkan dengan adanya “ Larangan “ dalam masa ihram yang berupa larangan menebang pohon, mempermainkan atau membunuh binatang, memotong kuku, melakukan hubungan suami isteri atau becumbu sekalipun, berbicara kotor, bertengkar dan mencaci maki. Tujuan haji adalah “ IKHLAS “ dalam setiap berbuat dan bertindak.Hidup ikhlas adalah hidup yang tidak terkontaminasi nafsu baik itu berupa berebut kekuasaan, harta dan kelezatan hidup di dunia.

Oleh karena itu haji dinyatakan sebagai sarana penyempurnaan keislaman seseorang dan hanya orang-orang yang mampu saja yang diwajibkan melaksanakannya.

Jadi apa yang disebut sebagai “ rukun Islam “ sebenarnya merupakan sarana untuk melatih diri untuk tetap berjalan lurus dengan dasar lillahi ta’ala dan agar selalu mengingat Tuhan ( shalat ), mengendalikan keinginan mengumbar syahwat dan pengendalian diri dari sifat ketamakan dan kerakusan ( puasa ), berani berkorban materi untuk membantu orang lain ( zakat ) serta menerapkan hidup apa adanya juhud dan fakir dengan hidup berharta benda namun tidak merasa memiliki ( haji ).

Namun bila ibadah-ibadah tersebut hanya ditunaikan untuk memenuhi
“ formalitas “ belaka dan hanya untuk “ kebanggaan “, maka hal tersebut hanya akan berakibat menjauhkan diri
kita dari kebenaran.
Bukan
“ keselamatan, berkah dan rahmat “ bagi kepentingan bersama yang dihasilkan, melainkan sebuah PETAKA yang tidak kunjung berhenti.
Bukan “ Haq “ yang didekati, melainkan
kebatilan hati yang mempengaruhi sang akal pikiran kita.

Salam

Kariyan dari Padepokan Borneo Timur