Herucoroko Sangkan Paran

Ungkapan yang sangat umum menggambarkan pandangan hidup orang Jawa adalah " SANGKAN PARANING DUMADI " (dari mana dan mau ke mana kita). Bagi orang Jawa hidup di dunia ini harus memahami dari mana ' asal , akan ke mana 'tujuan' dan 'akhir' perjalanan hidupnya dengan benar kassampuraning dumadi (kesempurnaan tujuan hakikat) dianggap " WIKAN SANGKAN ING PARAN ". Masyarakat Jawa mengartikan kata 'Jawa' bermakna 'mengerti' atau paham. Oleh karena itu, di dalam keseharian sering terdengar masyarakat Jawa melontarkan ungkapan seperti: 'durung jawa' (belum paham), 'wis jawa' (sudah paham), atau 'wis ora jawa' (berubah sombong atau atau buruk karena menjadi kaya -OKB- menjadi punya jabatan, menjadi punya pangkat, dll).

23 Oktober 2007

MADZAB DAN HADIS sumber KONFLIK?

Sebelum saya mengomentari tentang berbagai hadist-hadist yang selama ini dipakai umat Islam sebagai bahan rujukan dalam menjalankan berbagai ritual keagamaan dalam kalangan umat Islam di belahan jagad raya ini yang dalam perkembangannya ternyata telah banyak menimbulkan “ polemik dan konflik “ antar sesama pemeluk agama dengan nama Islam atau antara umat Islam dengan pemeluk agama dengan nama yang selain Islam. Kenyataan seperti ini mengisyaratkan bahwa Agama yang sesungguhnya merupakan “ pedoman dan tuntunan “ hidup bagi umat manusia untuk menuju keselamatan alam beserta isinya menjadi suatu pemahaman “ dogma “ semata.

Seyogjanya kita perlu sama-sama kembali melongok ke belakang, dalam sejarah perkembangannya Islam telah mengalami berbagai peperangan antar mazhab dan ini merupakan wujud nyata bentuk-bentuk dari

“ perusakan Alam beserta isinya “ akibat dari pada sikap “ ujub “ dan adanya

“ klaim kebenaran “ dari para ulama dan tokoh-tokoh agama yang sesuai dengan mazhabnya. Kita bisa lihat sejarah terjadinya “ perang sekterian “ yang liar dan dasyat yang telah memakan korban yang sangat besar, pertumpahan darah dimana-mana, nyawa manusia seakan tak berarti lagi hanya karena perselisihan pendapat dan pemahaman. Perang ini terjadi akibat adanya perbedaan pendapat antara pengikut mazhab “ Hanafiyyah dan Syafiyyah “ di kota Naisyapur. Kita bisa renungkan dan ambil hikmahnya bersama, padahal mereka adalah nota bene sama-sama mengaku sebagai pemeluk agama dengan nama Islam. Sesama orang Islam saja bisa menghalalkan darahnya hanya karena beda pendapat, ini akibat sikap dan perilaku “ ashabiyyah “ membangga-banggakan golongan atau kelompok keagamaan dan keyakinan yang dianutnya.

Jika salah satu kelompok merasa yang paling benar dan yang lain dianggap salah, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi. Tidak akan terjadi peperangan fisik jika mereka sama-sama mampu menahan diri. Atau akan terjadi serangan fisik terhadap yang dianggap salah. Yang demikian kita bisa lihat dalam negeri kita ya...di indonesia ini, kelompok nama Agama tertentu bisa dengan mudah memperdaya suatu kelompok nama Agama lain. Atau bahkan dalam satu kelompok nama Agama yang samapun sering kita lihat saling baku tumbuk dan adu jotos hanya karena adanya “ klaim kebenaran “ dari paham atau pendapat yang dianutnya, mereka merasa paling benar, suci dan merasa berhak untuk menghakimi mereka-mereka yang dianggap salah atau tersesat dalam menjalankan keyakinannya.

Kelompok yang merasa paling benar ini lupa bahwa kebanggaan terhadap pandangan, pendapatnya itu sebenarnya menuruti “ ego “ dan hawa nafsu. Jadi yang ditempuh oleh orang-orang yang “ ujub “ adalah jalan kebatilan...!.

Yang akibatnya bisa kita lihat bersama ( dalam tayangan TV ) suatu kelompok keagamaan dengan tampilan lahiriah yang tampak religius namun dalam penerapan, aplikasi dan tindakannya dalam kehidupan, rumah-rumah mereka yang dianggap sesat ini dirusak, dihancurkan, dibumi hanguskan. Manusianya diuber-uber seperti maling ayam, digebukin sampai berdarah-darah dan anehnya merekapun sambil menyerukan Asma Tuhan. Sungguh merupakan kejadian yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dipelajari dan agama yang dianutnya selama ini. Boleh-boleh saja kalau mereka mengaku sebagai umat yang beragama dan bibirnya mengucap Asma Tuhan, tetapi kenyataannya tindakan yang dilakukan sama sekali tidak mencerminkan “ af’al Tuhan “ ( perbuatan Tuhan ) yang Rahman dan Rahim.

Mohon maaf kalau saya harus mengatakan bahwa, “ ujub “ inilah yang banyak menghinggapi para ( oknum ) tokoh-tokoh dan pemuka agama. Dengan ujub ini jugalah bisa mencerai-beraikan rumah tangga, bangsa dan negara. Bila salah satu pihak berlaku ujub, maka ada pihak-pihak lain yang direndahkan atau dianggap sepele. Otoritas atau wewenang orang lain diambil alih, karena pemilik kewenangan itu dianggapnya tidak berdaya. Bahkan secara tak sadar otoritas Tuhanpun diambilnya dengan dalih dan kemasan yang dibungkus dengan nama Agama. Apalagi dengan teriakan-teriakan menyebut Asma Tuhan, mereka begitu cekatan dan gesitnya meneriakkan Asma Tuhan, namun perilakunya sama sekali tidak mencerminkan “ kelembutan Tuhan “. Padahal kalau ditanya mereka juga katanya berpegang pada sebuah Kitab Suci dan Hadis lho....?.

Rasa-rasanya menjadi orang yang beragama dengan nama Islam itu memang amat mudah...!. Semudah kita membalik telapak tangan. Cukup dengan mengucapkan syahadat melalui bibir dihadapan saksi, maka kita seolah-olah sudah menjadi muslim sejati. Atau bahkan bila kita terlahir dalam keluarga yang beragama dengan nama Islam, sejak lahirpun kita telah dinyatakan sebagai muslim. Sehingga faktanya memang kebanyakan agama dengan nama Islam yang kita anut ini tak lebih dari pada faktor “ turunan “keluarga dan lingkungan.

Sebagai contoh ndak usah jauh-jauh,... ya seperti saya ini.

Kebetulan Bapak dan Ibu serta kakak-kakak beragama dengan nama Islam, terus lingkungan sekitar rumah saya mayoritas masyarakatnya beragama dengan nama Islam juga, selanjutnya saya mulai belajar membaca Kitab Suci yang “berbahasa Arab”. Walaupun kenyataannya saya sama sekali TIDAK MENGERTI artinya/terjemahannya, saya juga tidak tahu isi kandungan ayat ayat tersebut. Selanjutnya saya belajar gerakan-gerakan sholat lengkap dengan bacaan-bacaannya, maka wajar, rasional dan logis kalau saja sekarang saya ber KTP Islam he...he...namun pertanyaannya adalah apakah saya telah menjadi seorang ISLAM SEJATI....? dan PASTI akan SELAMAT kehadapan Tuhan....?. BELUM TENTU kan....!!.

Tentunya pertanyaan saya pribadi ini hanya akan terjawab nanti ketika “ Maut datang meregang NYAWA “, apakah dalam diri saya termasuk kategori tingkatan “ Nafsul Mutmainnah atau tidak “.

Karena hanya JIWA yang TENANG saja yang akan kembali kepada Tuhan sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Fajr 27 – 30.

Orang Islam sejati adalah orang yang berjuang ( jihad, mujahadah ) untuk mencapai derajad ketaqwaan yang tinggi secara terus menerus dan konsisten dalam kehidupan ini yang tidak hanya menyebut-nyebut Asma Tuhan saja , tetapi tekanannya adalah pada “ aksi dan tindakan nyata “ dalam setiap perbuatan yang didasarkan pada niat “ lillah Billah “, sehingga pada saatnya ajal datang menjemput atau matipun diharapkan dalam “ keadaan Islam “.

Sebagaimana perintah Tuhan dalam QS. Al Imran. 102 disebutkan bahwa orang-orang yang beriman diperintah untuk bertaqwa dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Dan ujung daripada ayat ini adalah “ Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam ( muslim ) “. Kandungan ayat Ini menandaskan bahwa

“ taslim atau muslim “ adalah merupakan stasiun perjalanan “ spiritual ” yang amat tinggi dan memerlukan perjalanan panjang dalam prosesnya. Orang akan disebut

“ taslim atau muslim “ jika dalam tindakan kesehariannya adalah orang yang menerima “ qodrad dan irodah Tuhan “ dengan sepenuh hati yang didalamnya sudah meliputi kandungan sabar, ikhlas dan pasrah. Menjadi orang muslim itu sangat berat dan amat berat. Hanya sedikit saja orang yang sanggup menjadi orang muslim. Sebuah agama dengan label ( nama ) Islam saja tidak akan dapat bangkit dan ‘SANGGUP’ mensejahterakan Alam beserta isinya bila diantara para pemeluk AGAMA hanya sedikit sekali manusianya yang benar-benar “ MUSLIM “.

Sepertinya sudah lama terjadi “ ketidak tepatan pemahaman “ dalam perjalanan sejarah umat Islam. Banyak yang berpendapat dan mengatakan bahwa KEBENARAN HAQIKI adalah kebenaran yang bersumber dari pada “ Al Quran dan Hadist “ yang berupa literal dan teks tual....!.

Hal ini mengindikasikan seolah-olah kitab-kitab suci yang turun dibawa oleh Nabi-Nabi sebelumnya merupakan sebuah kitab yang SALAH walaupun pada kenyataannya kitab-kitab suci tersebut dibawa oleh para Nabi yang telah dikehendaki Tuhan guna menuntun umat manusia yang berada dalam kegelapan menuju terang benderang. Padahal dalam salah satu ayat telah dijelaskan bahwa “ awal mula agama diturunkan ke bumi ini ya SUDAH ISLAM “ yang fungsinya sebagai penuntun, petunjuk landasan dan pijakannya adalah Kitab Suci yang isinya memuat Aturan-aturan baik larangan, perintah dan petunjuk, hubungan manusia dengan manusia beserta alam ( khablum minannas ) juga hubungan manusia dengan Tuhan ( khablum Minallah ).

Jika kita memiliki pendapat dan pemahaman bahwa kebenaran yang Haq adalah sebuah Kitab Suci dan Hadist, maka secara tak sadar kita telah menurunkan derajad Tuhan menjadi sebuah kitab suci. Allah itu Maha hidup dan yang memberikan kehidupan pada makhluk-Nya. Tuhan itu Maha kuasa atas segala sesuatu. Padahal kitab suci ( teks book )itu hanyalah benda yang diam saja, KERING dan TERBATAS....!.

Jika demikian maka gugurlah relasi Tuhan dan hamba-Nya bila Tuhan hanya dipandang sebagai sebuah Kitab Suci. Lalu bagaimana dengan istilah “ mengikuti Rasul-Nya “. Dalam aplikasinya inipun dikerdilkan oleh kebanyakan umat Islam. Mengikuti Rasul-Nya disamakan dengan mengikuti Hadis Nabi yang adanya karena telah ditulis, dikisahkan oleh para “ perawi “ pada masa itu yang masih terikat pada ruang dan waktu. Kita bisa bayangkan, karena mentaati Tuhan dan Rasul-Nya DIPAHAMI sebagai tindakan yang kembali kepada Kitab Suci Al Quran dan Hadis Nabi, maka wajar saja kalau selama ini telah terjadi “ perang ayat dan perang mendaifkan hadis “.

Tidak tahukah kita......? bahwa Kitab Suci itu ‘apapun namanya’ adalah sebuah petunjuk, tuntunan dan penjelasan untuk menuntun kehidupan manusia kearah jalan yang “ BENAR dan LURUS “ sekaligus untuk membedakan antara yang “ Haq dan yang Batil “.

Kitab Suci adalah obat dan sekaligus Rahmat bagi orang yang ingin menggapai kebahagiaan “ spiritual “. Kitab Suci adalah salah satu wujud Kalimah atau Qalam Illahi. Jadi yang musti perlu kita garis bawahi adalah bahwa Al Quran/Kitab Suci itu BUKAN Tuhan dan Tuhan BUKANLAH sebuah Kitab Suci....!.

Demikian juga bahwa Rasul bukanlah Hadis.....!.

Rasul itu adalah utusan Tuhan. Dia adalah ZAT HIDUP yang menjadi penghubung antara Manusia yang berupa jasad kasar seperti kita ini dengan Tuhan yang Maha Hidup. Makanya dalam banyak ayat-ayat Kitab Suci kata Rasul-Nya TIDAK DIKAITKAN dengan jasad fisik ( jasmani ) Nabi Muhammad atau Nabi-Nabi yang terdahulu.

Kita bisa lihat dalam salah satu ayat QS. Ibrahim. 4.

“ Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya Ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka “........dst.

Terus mentaati atau mematuhi Rasul bukanlah mematuhi Hadis. Kalau ini yang kita lakukan, maka akan terjadi kepatuhan terhadap wujud jasad fisik seseorang atau imam yang telah mengajarkan Hadis. Ya...inilah namanya mematuhi orang lain atau mengikuti sangkaan pikiran, pendapat orang lain.

Mematuhi Rasul itu adalah mendengarkan dengan seksama suara hati kita, lalu kita wujudkan dan diaplikasikan dalam hidup ini baik melalui diri sendiri maupun melalui tangan orang lain.

Bila kita berbicara tentang Hadis, Hadis adalah merupakan pendapat seseorang yang didasarkan kepada perilaku dan perbuatan nabi yang terekam pada situasi dan kondisi tertentu, artinya masih terbatas dengan ruang dan waktu, situasi dan kondisi. Permasalahannya adalah apakah sebuah Hadis masih “ relevan “ untuk diterapkan pada zaman sekarang ini....?, kalau masih sah-sah saja kita menggunakannya. Namun bila Hadis tersebut sudah dianggap tidak sesuai lagi mengapa kita harus memaksakan....!.

Persoalan adanya Hadis yang dianggap “ sokheh “ yang disanadkan oleh orang-orang yang katanya jujur dan tak pernah berbohong, atau Hadis “ dhaif “ karena disanadkan oleh orang-orang yang pernah melakukan kesalahan itu semua karena adanya KESEPAKATAN atas dasar musyawarah mufakat yang didasarkan pada penilaian dari akal pikiran “ obyektif Rasional dan obyektif Logis “ yang sifatnya masih relatif dan bukan merupakan buah hasil dari pikiran yang OBYEKTIF SEJATI “.

Kita semua tahu dan sepaham bahwa perilaku seseorang itu dibatasi oleh lingkungan dan zamannya. Sebagai contoh kecil saja jika Nabi berpakaian gamis, maka sesungguhnya Abu Jahal dan abu lahab yang katanya kafirpun juga berpakaian gamis. Kenapa....? ya karena itulah pakaian dan tradisi orang arab. Jika nabi makannya tidak memakai sendok, maka orang-orang Arab lainnya pun demikian. Jika Nabi menggosok gigi memakai “ siwak “ , maka orang Arabpun demikian halnya. Tentu bukan wujud fisiknya yang ditiru sebagaimana yang kita lihat pada gaya sebagian orang di luar Arab sekarang ini. Adanya ayat yang berbunyi “ ikutilah Aku “ sebenarnya nuansanya menjadi bebas dari belenggu ruang dan waktu. Kalau mengikuti “Aku” dipahami mengikuti Nabi Muhammad secara fisikal, maka selesailah sudah perintah itu bagi kita yang tidak melihat Nabi, karena Nabi sudah tidak lagi hadir ditengah-tengah Umatnya.

Jadi Umat yang sekarang ini ya hanya meniru-niru, “katanya”. Ya kata Kiainya, Ulamanya, Gurunya. Mereka ( para tokoh agama ) tersebut pun tidak akan bisa melakukan klarifikasi atau “ tabayun ” terhadap sesuatu yang telah ditirunya secara turun temurun yang sifatnya “kolektif “. Mengapa....? karena tidak ada gambarnya Rasul dalam berbagai kesempatan dalam kehidupan kita sekarang ini. Yang kita terima hari ini hanyalah kisah-kisah beliau yang sifatnya “ ABSTRAK “. Kalau kita diberi tahu oleh seorang guru bagaimana Rasul itu makan, maka sebenarnya itu adalah “ ABSTRAKSI “ dari guru itu sendiri. Yang pada akhirnya yang kita tiru-tiru itu adalah perilaku fisik dan tindakan guru itu.

Lalu siapa sesungguhnya yang dimaksud dengan “ Aku “...?.

Ketika Nabi masih hadir ditengah-tengah umat, maka “ aku “ tersebut tampil pada diri Nabi Muhammad saw dan itu merupakan tampilan yang amat indah bagi orang Arab. Tetapi orang laki-laki di indonesia yang rata-rata tidak berbakat memiliki jenggot mencoba memaksakan diri memelihara jenggot hanya sekedar mengikuti “ sunnah Rasul “ katanya, hal ini sama saja dengan orang yang ingin menikmati kebahagiaan dengan cara kepura-puraan dan penuh kepalsuan.

Perintah untuk mengikuti “ Aku “ itu tetap berlangsung sampai sekarang ini walau jasad fisik Nabi telah dikubur dalam tanah.

Aku yang sebenarnya adalah merupakan pengejahwantahan, tajali Tuhan dalam diri jasad kasar Manusia yang telah dipilih-Nya. Jadi Aku yang sebenarnya adalah suara hati atau “ hati nurani “ yang ada dalam diri manusia.

Jika ayat dalam Kitab Suci telah menyebutkan “ siapa yang mengikuti Aku, maka Allah akan mencintainya “ . dengan memahami Aku sebagai petunjuk dan pelita yang ada di dalam hati, maka akan klop dengan permohonan “ ihdinas shirathal mustaqim “ . Jika seorang hamba benar-benar memohon kepada Tuhan untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus, maka jalan lurus itu akan TAMPAK NYATA dalam hati sanubarinya, nah bila hal itu secara terus menerus diikuti, maka janji Tuhan akan mencintai manusia jelas akan terwujud. Bukankah Tuhan TIDAK PERNAH INGKAR JANJI....?.

Taatilah Allah dan Rasul-Nya memang harus kita dudukkan sesuai porsinya. Ketika Nabi masih hadir ditengah-tengah umatnya, beliau memberikan

“ keteladanan “ secara kongkret tentang bagaimana taat kepada Tuhan. Taat kepada Tuhan dalam khasanah Jawa bisa diartikan sebagai sifat dan perilaku yang

“ Hamemayu Hayuning Bawono “ merawat Alam beserta isinya. Aksi dan tindakannya adalah “ Sepi ing pamrih rame ing gawe “ ( perbuatan yang dilakukan adalah atas dasar ikhlas tanpa pamrih ).

Ketika bumi yang kita pijak ini dirawat sebagaimana mestinya, maka secara otomatis bumi akan memberikan “ berkah “ bagi umat manusia. Dalam bahasa Arabnya yang tertuang dalam Kitab Suci, ya sama sekali manusia dituntut untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi, menegakkan kebenaran dan keadilan. Berani menjadi saksi tentang kebenaran dan menciptakan kasih sayang atau perdamaian dalam kehidupan bersama tanpa melihat, membedakan atribut yang melekat pada diri seseorang.

Mentaati Rasul-Nya berarti mentaati SUARA HATI NURANINYA dan menghidupkan KETELADANAN Rasul, bukan meniru-niru perilaku JASAD FISIK Nabi dalam bertindak......!. Adanya perintah yang bunyinya demikian “ sholatlah kalian seperti sholat yang Aku lakukan ( contohkan ) “. Secara kasad mata sangat mudah sekali kita meniru-niru gerakan sholat yang dilakukan Nabi, karena anak kecil saja akan mudah menirunya, namun apakah kita tahu apa yang bersembunyi dibalik “ Aku “ nya Nabi yang sesungguhnya....?.

Tapi rupa-rupanya kita ini sudah terlanjur hidup dalam suatu masyarakat dimana dalam menilai seseorang diukur dari sisi “ lahiriahnya “ saja, kita menjadi silau akan kulit luarnya sehingga tidak mampu lagi melihat isinya.

Kenapa demikian, karena penilaian kita didasari baru sebatas “ akal dan pikiran “ bukannya suara batin atau “ hati nurani “. Akhirnya secara tak sadar kita telah

“ terperangkap “ dalam kondisi wujud yang serba MATERI dan FISIK. Kita menghormati seseorang lebih karena Pangkat, Jabatan dan Predikat yang melekat dalam dirinya. Kita melakukan ibadah sholat karena meniru Nabi secara FISIK mulai dari gerakan-garakannya dan bacaan-bacaan sholat tapi ESENSI dari ibadah sholat yang sesungguhnya “ untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar “ menjadi BIAS dan KABUR. Kegiatan ritual keagamaan yang berupa rutinitas, formalitas dan seremonial yang wujudnya “ kosong dari makna “.

Akhirnya sebuah Hadis memang akan menjadi bermakna bila kita semua mampu menjadikannya sebagai “ reverensi “ bukannya sebagai tujuan dalam menjalankan ibadah dengan mengedepankan kecerdasan spiritual “ suara hati nurani dan batin yang jernih “. Tetapi sebuah Hadis akan sama sekali tidak bermakna apa-apa, bahkan akan menjadi “ polemik dan konflik “ sepanjang jaman, bila kita mengkonsumsinya masih mandeg dan bertahan dalam stasiun

“ Akal dan Pikiran “.

Mohon maaf atas kurang dan lebihnya, mudah-mudahan kita selalu diberikan “ kekuatan dan kemampuan “ dalam menerima setiap Kehendak-Nya. Amin.

Salam

Kariyan

Dari Padepokan Borneo Timur

3 komentar:

Back To Al-Qur'an and Ass Sunnah mengatakan...

Dalam tulisan anda terlihat pinter dan memahami Islam, memang tapi bila ditelaah dan dicermati anda ternyata sangat bodoh dan sama sekali tidak mengerti tentang islam , belajar dulu yang baik mas baru bikin posting tentang islam.... bila tidak bisa menyesatkan orang dan anda sendiri....

anda menganggap Al-qur'an dan Al hadits bukan merupakan sumber kebenaran hakiki...?!!

betapa bodohnya dan celaka anda!!! sudah banyak yang dibuktikan kebenarn Al-Qur'an dari 1400 th yang lalu sampai sekarang!!! mulai dari Sains, sistem perekonomian, Berhubungan dengan orang lain, sistem pemerintahan, dll semua benar sampai hari ini... gali literatur2nya, bergabung dengan jamaah agar pemahaman anda tidak sama bodohnya dengan tulisan anda.... salahsatu literatur yang bikin anda nggak seperti katak dalam tempurung www.pakdenono.com download buku2 islam dan pelajari dengan benar!!!!!

baca hadits dibawah ini

Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu berilah kami nasihat”. Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh ‘azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, Pen.).” (HR. Imam Malik secara mursal (Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad) Al-Hakim secara musnad (Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah ) – dan ia menshahihkannya-) Imam Malik dalam al-Muwaththa’ (no. 1594), dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak (I/172).


Mengapa orang2 sekarang pada banyak yang ribut dan dunia kacau??? karena banyak orang2 yang sudah tidak berpegan dengan Al-Qur'an dan Ass Sunnah lagi seperti panjenengan mas...!!!!

ada pribahasa yang kira2 begini
bila orang bodoh mengajarkan ilmu pengetahuan maka banyaklah kerusakan yang akan dibuatnya!!!! contohnya anda mas!!!!!

masalah Ahmadiyah yang anda singgun dengan samar!!!! sebenarnya kita umat muslim tidak keberatan selama dia tidak menggunakan nama Islam!!! kenapa Agama Islam itu yang memberi nama bukan manusia melainkan Allah Swt. dan dalam QS Al Maa'idah ayat 3 Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

kalau ahmadiyah itu jelas telah mengobok2 ajaran islam dengan ajaran bodoh si mirza ghulam ahmad.!!! Tadkiradz itu adalah bajakan Al-Quran yang diedit kayak hacker Newbie dengan mengganti nama 2 saja lalu mengambil yang sesuai dengan nafsu sponsor yaitu yahudi inggris agar sesuai dengan misi Imperialisnya di india khususnya di dunia islam pada umumnya!!!




ayat dibawah ini artinya anda mengambil dari mana??? cuma ngopi paste aja anda salah!!! ini Al-Qur'an terjemahan mana???

"Karena hanya JIWA yang TENANG saja yang akan kembali kepada Tuhan sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Fajr 27 – 30."


yang benar sesuai terjemahan DEPAG

27. Hai jiwa yang tenang

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

30. masuklah ke dalam syurga-Ku.

QS. Al Fajr ayat 27-30...

dengan arti yang ada tuliskan akan menjadi pengertian dan pemahaman yang berbeda, jadi hati2 dalam menulis...

jawaban anda mengenai Kitab2 Allah terdahulu seperti Alkitab, Taurat, dan Zabur

37. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya[691], tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

QS Yunus ayat 37

kita umat muslim wajib percaya dengan kitab2 terdahulu namun perlu digaris bawahi kitab-kitab seperti Zabur Taurat dan Alkitab telah diubah tangan2 jahil manusia agar sesuai dengan nafsunya contoh pelopor perubahan adalah iblis paulllus.....dan memang berhasil tanpa seorangpun tau dimana teks asli kitab2 allah tersebut dimana keberadaannya.

kalau mirza ghulam ahmad mau mengikuti jejak iblis paulus dengan mengotak atik Al-Quran tapi sayang Al-Qur'an telah dijamin oleh Allah keasliannya sampai hari kiamat dan terbukti sampai sekarang terjadi perlawanan terhadap penodaan tersebut......

baca dan renungkan ayat ini

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS. Al Hijr ayat 9

sebaiknya anda hentikan posting yang menyesatkan INI......

Independensi Doktrinase mengatakan...

Dari komentar yang saudara tinggalkan jelas terlihat unsur penolakan yang kasar... Apakah Anda bisa jamin Tuhan itu siapa? Yang jelas kita sebagai manusia wajib menjaga "perdamaian" di muka bumi... Berbuat baik... itu intinya... Menolak wajar, tapi kok jadi malah maki orang ya?? ampe keluar kata "bodoh" segala?! Oh Tuhan, ampuni mereka...

Malah ngasih pandangan buruk terhadap luhurnya Islam sebagai agama perdamaian...

Independensi Doktrinase mengatakan...

yang komentar diatas siapa ya?? kok profilnya kaya hidden profile gt??
Hh! menunjuk dalam sarung!!!